TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mengklaim PT Perikanan Nusantara (Persero) mampu bangkit dari krisis keuangan. Perusahaan pelat merah dalam bidang perikanan yang sebelumnya hampir bangkrut itu saat ini bisa melakukan ekspor.
Kebangkitan tersebut terjadi karena perusahaan menggunakan teknologi baru penangkapan ikan. “Mereka tak lagi menangkap ikan, melainkan memanen ikan,” ujarnya seusai rapat pimpinan BUMN di kantor Perikanan Nusantara, Jakarta, kemarin.
Menurut Dahlan, teknologi itu menggunakan sistem satelit dan sensor, seperti layaknya di negara maju. Teknologi ini akan diterapkan di lima lokasi cabang milik Perikanan Nusantara selama enam bulan ke depan. Lima lokasi itu adalah Bitung; Sorong; Ambon; Benoa; serta Bacan, Halmahera Utara. “Untuk Bacan, memang belum beroperasi, tapi diharapkan mulai tahun depan,” kata Dahlan. (Baca juga: Nelayan Cemaskan Pembatasan Solar Bersubsidi)
Teknologi sensor ini merupakan hasil kerja sama antara Perikanan Nusantara dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kerja sama ini bersifat konsultatif. Artinya, investasi sepenuhnya berasal dari Perikanan Nusantara.
Selain Perikanan Nusantara, Dahlan mengatakan ada BUMN perikanan lain yang juga sedang bangkit, yaitu Perum Prasarana Perikanan Samudera. Dia mengatakan hingga saat ini belum ada rencana mengkonsolidasi kedua perusahaan tersebut. “Satu PT dan yang lain Perum,” ujarnya.
Baca Juga:
Pada semester I 2013, Perikanan Nusantara memperoleh pendapatan Rp 81,7 miliar dan laba bersih Rp 3,14 miliar. Adapun Perum Prasarana Perikanan meraih pendapatan Rp 94,1 miliar dan laba bersih Rp 6,02 miliar. (Lihat juga: Kisruh Solar, Dahlan Akan Panggil Pertamina-PLN)
Menurut Direktur Utama Perikanan Nusantara Abdussalam Konstituanto, dengan adanya teknologi baru, pendapatan perseroan ditargetkan naik sepuluh kali lipat pada tahun depan. “Kami menargetkan pendapatan tembus Rp 1 triliun,” katanya. Nilai investasi penerapan teknologi baru penangkapan ikan itu mencapai Rp 7,5 miliar. Teknologi lama dinilai sudah tidak efisien dan terlalu boros. “Teknologi baru akan menekan biaya bahan bakar minyak hingga 70 persen,” tuturnya.
Menurut Abdussalam, perseroan mengekspor 5.000 ton ikan per bulan. Jumlah itu ditargetkan naik hingga 100 persen jika teknologi baru diterapkan. Jumlah produk yang diekspor menyumbang 50 persen dari hasil total tangkapan ikan perseroan. (Berita lain: Krisis Listrik, Dahlan Semprot Bos PLN Kalimantan)
Direktur Keuangan Perikanan Nusantara Muhammad Nurhadi Cahyono mengatakan neraca keuangan perseroan sudah positif sejak 2010. Pada semester I 2014, perseroan membukukan pendapatan Rp 80,48 miliar, sedangkan pada akhir tahun ini ditargetkan mencapai Rp 210,72 miliar. Dengan angka itu, Perikanan Nusantara meraih laba Rp 12,78 miliar pada semester I 2014, dan ditargetkan akan mencapai Rp 16,35 miliar pada akhir 2014.
FAIZ NASHRILLAH
Terpopuler:
Aneh, Arisan MMM Bisa Tawarkan Komisi 30 Persen
Sepi Pembeli, SPBU Akan Kurangi Karyawan
Solar Dibatasi, Petani Madiun Mengeluh