TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Andy Noorsaman Sommeng sepakat apabila subsidi BBM dicabut dan dialihkan untuk pembangunan masyarakat Indonesia. "Bayangkan sekitar Rp 300 triliun dihabiskan hanya untuk keperluan konsumsi bahan bakar. Bahkan negara kita tidak punya tabungan dari sektor migas," kata Andy di kantor BPH Migas pada Rabu, 6 Agustus 2014.
Anggaran sebesar tersebut, ujar Andy, harusnya bisa dipakai untuk terus mendorong kualitas pembangunan infrastruktur dan masyarakat Indonesia. "Berapa jalur rel kereta double track yang bisa dibangun di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan dengan anggaran sebesar itu? Berapa sekolah, rumah sakit, jembatan, dan infrastruktur pedesaan yang bisa diperbaiki dan dibangun dengan uang setara subsidi BBM tiap tahun? Banyak hal yang bisa dibangun dengan anggaran subsidi BBM," ia menjelaskan. (Baca:Penjualan Solar Tujuh SPBU di Bogor Tak Dibatasi )
Selain itu, ia mengusulkan agar pemerintah tidak lagi mensubsidi komoditas bahan bakar, dalam hal ini bahan bakar baik solar maupun bensin, melainkan langsung memberikan subsidi pada sektor yang langsung dirasakan masyarakat. Misalnya, kata Andy, memberikan subsidi listrik lalu menerapkan tarif transportasi publik yang murah sekaligus nyaman dan bersih. "Kebijakan ini lebih mengena pada masyarakat dibanding mensubsidi komoditas minyak yang selalu habis dikonsumsi," tuturnya.
Andy lantas memberi contoh bahwa Cina dan Amerika Serikat menyimpan cadangan minyak dalam negeri alih-alih menggunakannya secara serampangan dan tanpa kendali. Dengan demikian, menurut Andy, Negeri Tirai Bambu dan Negeri Abang Sam lebih memilih sumber energi alternatif seperti gas bumi sebagai sumber energi utama. "Dua negara itu hanya memanfaatkan minyak bumi manakala dibutuhkan untuk mengerek perekonomian mereka," ujarnya.(Baca:Pengendalian BBM Tekan Konsumsi 1,34 Juta Kiloliter)
Sebagai solusi dari sumber pendapatan negara ketika cadangan minyak Indonesia menipis, menurut Andy, jalannya adalah dengan mengoptimalkan sektor pajak, pariwisata, ekonomi kreatif, dan keunggulan produk inovasi teknologi. "Era ketika mengandalkan minyak sebagai sumber pendapatan negara sudah hampir usai. Saatnya mengandalkan sektor yang bisa terus-menerus diperbarui. Toh, Indonesia tidak pernah kekurangan potensi di bidang pariwisata, ekonomi kreatif, dan inovasi teknologi," ia mengatakan.
RAYMUNDUS RIKANG R.W
Baca juga:
Tabrak Bocah, Bus Tenjo-Kalideres Dibakar Warga
Pendukung Prabowo Terobos Barikade dengan Motor
Moreno Soeprapto Yakin Prabowo-Hatta Menang
Pria Berjanggut Dilarang Naik Bus di Xinjiang