TEMPO.CO, Surabaya-- Kepala Badan Pusat Statistik Jawa Timur M. Sairi Hasbullah mengatakan, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur melampaui pertumbuhan ekonomi nasional, yakni sebesar 5,94 persen. “Dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu, kenaikan 5,94 persen ini jauh lebih tinggi dibandingkan angka nasional sebesar 5,12 persen,” katanya, Selasa, 5 Agustus 2014.
Secara kumulatif, semester I tahun 2014 ini perekonomian Jawa Timur tumbuh 6,17 persen. Meski Sairi menilai pertumbuhan ekonomi Jawa Timur kuartal II ini cukup baik, angka tersebut masih jauh dari target yang telah ditetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebesar 6,56 persen. “Walaupun kita gembira karena berada di atas pertumbuhan nasional, tapi kinerja ekonomi makro ada kecenderungan mengalami penurunan. Ini yang harus diwaspadai,” jelasnya.
Hal ini terlihat dari angka pertumbuhan ekonomi yang cenderung menurun dan lebih rendah dari pertumbuhan. Pada 2012, pertumbuhan mencapai 7,3 persen (yoy) dan pada tahun 2013 sebesar 6,9 persen (yoy). Sairi menyoroti sektor pertanian mengalami penurunan drastis sebesar -12,36 persen. Ini artinya menurun -1,89 persen (q to q) terhadap pertumbuhan 5,94 persen. (Baca juga: BPS: Target Pertumbuhan Ekonomi Sulit Digapai)
“Ini memang siklus yang biasa terjadi, karena puncak produksi padi atau panen raya terjadi pada kuartal I atau antara bulan Februari dan Maret. Sedangkan Maret, April, dan Mei, produksi tidak setinggi kuartal I,” katanya. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu menurunnya kinerja subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor peternakan. “Subsektor peternakan minus 3,07 persen akibat menurunnya produksi ternak besar, kecil, dan unggas,” ujarnya.
Sedangkan sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi terbesar pertumbuhan ekonomi Jatim sebesar 7,37 persen (yoy). “Ini bukti bahwa Jatim kini memang lebih industrialis. Sektor manufacturing and services masih cukup kuat walau naiknya tidak signifikan, sedangkan lainnya melemah,” imbuh Sairi.
Sairi menyebutkan tiga leading sector yang menjadi penggerak utama perekonomian Jawa Timur. “Perdagangan paling kuat, termasuk di dalamnya hotel dan restoran. Sementara industri menyumbang 6,81 persen, sektor jasa menyumbang 3,96 persen,” katanya.
BPS memprediksi capaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim pada akhir tahun 2014 sebesar Rp 1.200 triliun. Hingga kuartal II, PDRB masih berada pada level Rp 1.136 triliun. (Baca: Daging Sapi Sumbang Inflasi Tertinggi di Jawa Timur)
ARTIKA RACHMI FARMITA
Terpopuler
- Solar Dibatasi, Separuh Kopaja Tak Beroperasi
- Izin Ekspor Freeport Sudah Terbit
- Krisis Listrik, Dahlan Semprot Bos PLN Kalimantan
- Semester I 2014, Matahari Untung Rp 362 Miliar
- Daging Sapi Sumbang Inflasi Tertinggi di Jawa Timur
- CT Kebut Perizinan di Akhir Masa Tugas
- Tutup Bandara Tual, Kemenhub Periksa Amran