TEMPO.CO, Surakarta - Pengelola stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Surakarta, Jawa Tengah, lebih suka pemerintah menaikkan harga solar bersubsidi daripada membatasi penjualannya. Pengelola SPBU Sekarpace, Joko Supeno, menilai kebijakan pembatasan penjualan tidak akan mengurangi konsumsi.
"Kan konsumen tinggal menggeser waktu pembelian sesuai ketentuan," katanya saat ditemui di Surakarta, Senin, 4 Agustus 2014. (Baca: Solar Dibatasi, Organda dan Nelayan Bingung)
Selain itu, Joko memprediksi Pertamina Dex sebagai alternatif pengganti solar bersubsidi tetap tidak laku karena selisih harganya sangat jauh. Solar bersubsidi dijual Rp 5.500 per liter, sedangkan Pertamina Dex dijual Rp 13.300 per liter dalam bentuk kemasan 10 liter yang dijual Rp 163 ribu. "Kalau tujuannya untuk mengurangi subsidi BBM, ya, mending harga solar dinaikkan," katanya.
Adapun pemilik SPBU Cengklik, Afiah Ghalib, yakin pembatasan penjualan BBM bersubsidi tidak akan mempengaruhi omzetnya. Dia optimistis bisa menjual 8.000 liter solar per hari seperti biasanya.
"Pertamina Dex tetap tidak laku. Konsumen akan mengatur waktu pembelian sesuai ketentuan," katanya. Dia menyebutkan masih punya stok 25 jeriken berisi 10 liter Pertamina Dex yang belum habis terjual sejak empat bulan lalu. (Baca: SPBU Tak Jual Solar Bersubsidi Diminta Diumumkan)
Senada, Anto, pengelola SPBU di Jebres, meminta pemerintah menaikkan harga solar subsidi dan menurunkan harga Pertamina Dex. "Selisihnya jangan terlalu jauh, mungkin selisih Rp 1.500 per liter saja," ucapnya. Dalam kondisi harga sekarang, dia melanjutkan, masyarakat pasti memilih membeli solar bersubsidi dengan cara apa pun.
Anto mengaku dalam sebulan hanya berhasil menjual 30 liter Pertamina Dex. Sedangkan penjualan solar bersubsidi mencapai 2.500 liter per hari.
UKKY PRIMARTANTYO
Terpopuler
ISIS Hancurkan Makam Nabi Yunus, Ini Alasannya
Sekjen PBB Frustasi Hadapi Israel-Hamas
Pendukung ISIS Menyebar di Negara ASEAN