TEMPO.CO, Banyuwangi - Pengurus Organisasi Angkatan Darat (Organda) dan nelayan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, kebingungan menyiasati pembatasan solar yang mulai berlaku pada Senin, 4 Agustus hari ini. Mereka tidak siap dengan pemberlakuan kebijakan itu.
“Solar yang dijual pada jam 08.00-18.00 akan mengganggu jadwal operasional kendaraan,” kata Ketua Organda Banyuwangi, Fafan Luwika Fafan, kepada Tempo, Senin. Selama ini banyak kendaraan umum yang beroperasi pada malam hari. Angkutan barang seperti truk pun lebih banyak berangkat pada malam hari untuk mengurangi aus pada ban.
Pemerintah memberlakukan kebijakan bahwa mulai 4 Agustus 2014 alokasi solar bersubsidi untuk Lembaga Penyalur Nelayan seperti Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) dibatasi. Solar Packed Diesel Nelayan (SPDN) juga akan dipotong sebesar 20 persen. Penyalurannya mengutamakan kapal nelayan bertonase di bawah 30 Gross Ton. Pemangkasan kuota ini untuk menjaga agar kuota BBM subsidi yang dipatok dalam APBN Perubahan 2014 sebesar 46 juta kiloliter tidak jebol. (Baca: Nelayan Terpuruk)
Pembatasan solar, kata Fafan, akan berdampak pada antrean di SPBU sehingga biaya operasional membengkak. “Mau tak mau truk terpaksa berangkat pagi atau siang hari agar tak kehabisan solar di jalan.”
Pembatasan solar juga diperkirakan akan memicu kenaikan harga barang karena BBM merupakan komponen utama dalam distribusi logistik. Dia menyayangkan kebjakan itu karena pembatasan BBM berlaku untuk kendaraan umum. Seharusnya pembatasan BBM diperuntukkan bagi pemilik kendaraan pribadi.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Banyuwangi Hasan Basri juga mengeluhkan pengurangan kuota solar untuk nelayan. Pembatasan solar, kata dia, akan berdampak pada berkurangnya hasil tangkap ikan karena nelayan tak bisa jauh melaut. “Penghasilan nelayan akan berkurang.” Kapal jaring apung kapasitas paling kecil membutuhkan sedikitnya 20 liter solar. BBM hanya bisa berlayar hingga tiga jam saja. Sedangkan kebutuhan solar kapal berkapasitas 10 gross ton minimal 200 liter sehari.
Hasan Basri mengatakan pembatasan solar ini makin membebani nasib nelayan. Sebab, selama ini nelayan susah karena hasil tangkapan ikan menurun dan harga BBM terus naik.
IKA NINGTYAS
Berita penting lain
Sinar Matahari Bisa Rusak Permukaan Mata
Mural ISIS Ditemukan di Solo
Pascalibur Panjang, Pertahanan Rupiah Jebol
Kenapa Jakarta Selalu Jadi Magnet Urbanisasi?