TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia, Ndiame Diop, berharap siapa pun Presiden Republik Indonesia selanjutnya berani mencabut subsidi bahan bakar minyak. "Kondisi ekonomi lima tahun ke depan akan lebih baik," kata Ndiame, Senin, 21 Juli 2014. (Baca: Pertamina Ramalkan Kuota BBM Bersubsidi 2014 Jebol)
Ndiame mengatakan investor masih menunggu keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang akan mengumumkan hasil pemilu presiden 2014 pada 22 Juli besok. Investor ingin tahu program-program yang direncanakan presiden dan kabinetnya. Sebab, kebijakan yang diajukan presiden dapat mempengaruhi kondisi ekonomi lima tahun ke depan. (Baca: Hari Ini Rekapitulasi Nasional Dimulai)
Direktur Senior Ekonomi Makro dan Manajemen Fiskal Marcelo Giugale menjelaskan subsidi BBM yang dilakukan pemerintah telah meleset dari target. "Sebanyak 5-10 persen subsidi BBM justru dinikmati oleh masyarakat menengah atas," katanya. Selain itu, masyarakat kerap memanfaatkan BBM bersubsidi bukan untuk kebutuhan primer, melainkan rekreasi dan liburan. (Baca: Jero Akui Pengendalian BBM Bersubsidi Belum Sukses)
Anggaran subsidi BBM, kata Marcelo, sebaiknya disalurkan ke sektor lain demi menambah lapangan pekerjaan. Dia bercerita, Meksiko sempat salah dalam mengambil kebijakan. Namun, setelah menyalurkan bantuan tunai dan memanfaatkan anggaran pada sektor infrastruktur, Meksiko dapat memperbaiki pertumbuhan ekonominya pada 1965.
Menurut Direktur Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo A. Chaves, pemerintah selanjutnya akan mengalami banyak tantangan dalam mengambil kebijakan. "Defisit fiskal yang membesar menjadi tantangan bagi presiden selanjutnya," ujarnya. Selain mencabut subsidi BBM, kata dia, pemerintahan mendatang harus menyalurkan investasi pada bidang infrastruktur guna memeratakan kemakmuran masyarakat.
Penasihat khusus Wakil Presiden Indonesia, Mohammad Ikhsan, menilai pasangan calon presiden nomor urut dua, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, lebih berani mengambil kebijakan pencabutan subsidi BBM. "Jusuf Kalla sangat mengerti kondisi dan pengaruh BBM bersubsidi. Dia tahu bagaimana bertindak," ujarnya.
Ikhsan mengatakan kedua pasangan calon presiden sama-sama tidak memiliki pengalaman yang baik dalam memimpin negara. Namun, kata dia, selama ini investor menilai kedua calon presiden itu dari perilakunya.
Hingga saat ini, menurut Ikhsan, Jokowi masih dianggap akan membawa angin segar bagi investor. "Ini masalah kredibilitas kedua calon presiden. Investor enggak mungkin memberikan keyakinannya pada pemimpin yang marah ketika dikritik wartawan," katanya.
PERSIANA GALIH
Terpopuler:
Jokowi Batal Balik Jadi Gubernur Jika Ini Terjadi
Deklarasi Ansharul Khilafah Dukung ISIS Dibubarkan
Hamas Tangkap Seorang Tentara Israel
Jembatan Comal Amblas, Macetnya Sampai ke Nagreg
iPad Milik Korban MH17 Kirim Pesan ke Keluarga