TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Robert Pakpahan mengatakan ketidakcocokan harga membuat lelang surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk tidak menarik perhatian investor. "Berdasarkan perkembangan pasar sekunder, kami sudah menentukan harga. Tapi ternyata investor punya ekspektasi berbeda," ujar Robert saat ditemui di gedung Kementerian Keuangan, Rabu, 16 Juli 2014.
Robert menuturkan, dalam lelang tiga seri sukuk negara kemarin, total penawaran yang masuk sekitar Rp 1,6 triliun. Dari target tersebut, pemerintah hanya menyerap dana Rp 245 miliar.
Dana Rp 245 miliar itu terdiri atas seri PBS005 dan PBS006. Seri PBS005 memperoleh Rp 130 miliar, dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 9,29 persen dan tingkat imbalan 6,75 persen. Sedangkan seri PBS006 mendapatkan sisanya, yakni Rp 115 miliar, dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 8,23 persen dan tingkat imbalan 8,25 persen.
Menurut Robert, sukuk tidak semenarik obligasi konvensional. "Sukuk tidak selikuid konvensional, jadi penjualannya enggak gampang," tuturnya.
Padahal, kata dia, pemerintah telah memberikan premium agar menarik minat investor. Misalnya, ujar dia, sukuk 6 tahun memperoleh hasil 8,2 persen dan sukuk 29 tahun mendapat hasil 9,2 persen.
Karena itu, pemerintah terus berupaya meningkatkan suplai sukuk di Indonesia agar pasar surat berharga syariah ini semakin likuid. "Mungkin enggak likuid karena barangnya belum banyak," tutur Robert.
PERSIANA GALIH
Terpopuler:
Saking Miskinnya, Nenek Ginem Makan Bangkai
Relawan Jokowi-JK Temukan Penggelembungan Suara
Pertama dalam Sejarah, 2 Menteri Diperiksa KPK
Ical Dianggap Gagal Total di Golkar
NASA: Kami Akan Temukan Kehidupan di Luar Bumi