TEMPO.CO, Surabaya - Dalam waktu dekat, PT Pelabuhan Indonesia III akan memulai pengerukan tahap pertama Alur Pelayaran Barat Surabaya. Ini dilakukan agar lalu lintas kunjungan kapal dapat meningkat secara signifikan pada paruh tahun 2014. Selain itu, pengembangan APBS yang akan dilakukan tersebut akan memacu pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.
"Kapal-kapal berukuran besar dengan volume muatan barang yang dibawa lebih banyak, dapat masuk ke Pelabuhan Tanjung Perak. Akan ada efisiensi biaya," ujar Kepala Humas PT Pelindo III, Edi Priyanto, kepada Tempo, Jumat, 11 Juli 2014.
Setelah pelebaran dan pendalaman, APBS dapat dilewati kapal curah kering 90.000 DWT, kapal tanker 65.000 DWT, kapal LNG 60.000 DWT, dan kapal petikemas 50.000 DWT. APBS juga akan memiliki dua jalur perlintasan kapal sehingga akan memperlancar mobilitas.
Pekerjaan revitalisasi APBS pada tahap awal berupa pelebaran alur dari 100 meter menjadi 150 meter dan pendalaman alur hingga -13 meter low water spring (mLWS). "Targetnya awal tahun 2015 mendatang sudah selesai. APBS nantinya dapat dilalui kapal-kapal berukuran besar dengan muatan yang lebih banyak," katanya.
Usai pengerukan tahap pertama, pekerjaan akan dilanjutkan hingga APBS memiliki lebar 200 meter dan kedalaman hingga -16 mLWS.
Pemimpin Proyek Pekerjaan APBS, Hendiek Eko Setiantoro, mengungkapkan, pipa gas eks Kodeco yang masih melintang menjadi kendala dalam pekerjaan pengerukan alur. "Karena pipanya masih melintang, pekerjaan pengerukan akan dilakukan di luar perlintasan jalur pipa gas itu," ujarnya.
Tahap awal pengerukan, lanjut Hendiek, akan dilakukan di empat titik lokasi di sepanjang APBS. "Perkiraan jarak total kurang lebih sekitar 19 kilometer, dengan volume pasir dan lumpur mencapai 10 juta m3,” tukasnya.
Alur Pelayaran Barat Surabaya merupakan pintu masuk menuju Pelabuhan Tanjung Perak dan sekitarnya. Saat ini, kondisi APBS hanya memiliki lebar 100 meter dengan kedalaman -9 mLWS. Serta hanya terdapat satu jalur perlintasan. Kapasitas APBS yang tersedia sebanyak 27.000 gerakan kapal. Padahal, pada tahun 2013 lalu tercatat 43.000 gerakan kapal di Pelabuhan Tanjung Perak dan sekitarnya.
Keterbatasan lain yang dimiliki APBS Tanjung Perak adalah tidak mampu dilewati kapal dengan draft lebih dari 8,5 meter. APBS hanya mampu dilewati kapal curah kering 40.000 DWT, kapal tanker 40.000 DWT, kapal LNG 20.000 DWT, dan kapal petikemas 20.000 DWT.
ARTIKA RACHMI FARMITA