TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Rovicky Dwi Putrohari, menilai harga gas Tangguh ke Fujian seharusnya masih bisa dioptimalkan. Musababnya, bahan bakar gas mulai diminati. Jika dibandingkan dengan minyak, harga gas tersebut bisa dipatok lebih tinggi. "Harga US$ 8 per MMBTU sudah bagus. Tapi seharusnya bisa lebih dari itu," kata Rovicky kepada Tempo di Jakarta, Selasa, 1 Juli 2014.
Optimalisasi harga ini, menurut Rovicky, dapat dilakukan dalam renegosiasi selanjutnya. Renegosiasi yang dilakukan setiap empat tahun sekali juga dinilai terlalu lama. Ia menganggap waktu renegosiasi seharusnya setiap 2-3 tahun sekali. (Baca: Pemerintah Kejar Renegosiasi Gas Ke Negara Lain)
Dengan waktu tersebut, kata Rovicky, akan membuat setiap pemerintahan dapat merasakan untung/rugi dari perubahan harga gas. Karena, jika dalam satu masa pemerintahan hanya renegosiasi satu kali, Rovicky menilai hal tersebut sarat politisasi.
"Bisa saja itu menyerang pemerintahan selanjutnya, atau membantu jika itu temannya," katanya. Dengan merasakan untung dan rugi perubahan harga gas, kata Rovicky, maka itu akan mengurangi potensi politisasi. (Baca: Gas Tangguh Tetap Diekspor, Menperin Kecewa)
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik mengatakan keberhasilan pemerintah merenegosiasi harga gas Tangguh ke Fujian, Cina, akan mendongkrak potensi penerimaan negara. Jero menyebut kenaikan pendapatan bisa melonjak hingga tiga kali lipat.
"Ada potensi kenaikan pendapatan negara sekitar 300 persen setelah harga baru gas Tangguh berlaku per 1 Juli ini," kata Jero.
Kenaikan itu, menurut Jero, berasal dari kalkulasi harga lama gas Tangguh yang dibanderol US$ 3,3 per MMBTU dan kini harga baru mencapai US$ 8 per MMBTU. "Potensi pendapatan semula dengan harga gas lama hanya US$ 5,2 miliar kini meningkat menjadi US$ 20,9 miliar atau setara dengan Rp 251 triliun dari harga baru gas Tangguh," katanya.
TRI ARTINING PUTRI
Berita terpopuler:
Newmont Resmi Gugat Pemerintah ke Arbitrase
Renegosiasi Gas Tangguh Dongkrak Penerimaan Negara
Harga Anjlok, Petani Sumenep Sedekahkan Cabai