TEMPO.CO, Jakarta - Keberhasilan negosiasi harga gas Tangguh ke Fujian, Cina, membuat pemerintah berencana menghitung ulang harga ekspor gas ke sejumlah negara, di antaranya Korea Selatan. "Renegosiasi ini menjadi trigger untuk memperbaiki harga yang sudah tidak masuk akal sekarang. Karena dengan Cina saja yang tersulit sudah berhasil. Kami akan negosiasi ke Korea juga," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, di Jakarta, Selasa, 1 Juli 2014. (baca juga: Renegosiasi Gas Tangguh, SBY: Ada Berita Baik)
Pengendalian Komersial Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Widhyawan Prawiraatmadja mengatakan volume ekspor gas alam cair (liquified natural gas/LNG) dari Tangguh ke Korea Selatan sebesar 1 juta ton per tahun (million tonnes per annuum/MTPA). Pembeli LNG Tangguh adalah perusahaan listrik K Power dan perusahaan baja Posco.
Widhyawan mengatakan saat ini harga gas dari Kilang LNG Tangguh diekspor ke Korea Selatan dengan harga US$ 4,1 per juta british thermal unit (million british thermal unit/MMTBU) di pelabuhan asal. Meski harga awalnya lebih tinggi daripada harga gas ekspor ke Fujian, Cina, yang hanya US$ 3,3 per MMBTU, Widhyawan mengatakan renegosiasi harga ekspor ke Korea Selatan ini bisa jadi lebih sulit. (baca juga: Harga Gas Tangguh ke Cina Naik Bertahap)
"Di kontrak sebenarnya enggak ada price review-nya, tetapi bagaimanalah caranya supaya bisa. Kami bilang ini Fujian sudah naik, masak enggak boleh naik," kata Widhyawan.
Selain untuk Korea, Widhyawan mengatakan harga ekspor gas masih terbilang rendah gas untuk Sempra Energy, Amerika Serikat. Harga ekspor LNG ke Amerika Serikat ini, menurut Widhyawan, berkisar US$ 4 hingga US$ 4,5 per MMBTU. Harga ekspor ke Amerika Serikat rendah karena pasokan gas alam di negara itu melimpah.
Namun, untuk ekspor ke Amerika Serikat ini, Widhyawan mengatakan belum ada rencana untuk menaikkan harga gas. Sebabnya, sejak 2012 pemerintah Indonesia bisa menjual sisa gas jatah Sempra Energy yang tak diserap perusahaan asal Negeri Abang Sam itu ke pasar spot. Dalam kontrak awal, Sempra mendapat alokasi 60 kargo per tahun, sedangkan saat ini yang diserap sekitar 6 kargo per tahun.
Pada 20 Juni 2014, pemerintah Indonesia dan Cina telah menyepakati harga baru untuk ekspor LNG dari Kilang Tangguh ke Fujian, Cina. Harga yang berlaku mulai 1 Juli 2014 ini akan naik bertahap setiap tahun. Dengan asumsi Japan Crude Cocktail (JCC) US$ 100 per barel, harga ekspor gas ke Fujian mulai Juli 2014 adalah US$ 8 per MMBTU, naik dari sebelumnya US$ 3,3 per MMBTU. Harga naik lagi menjadi US$ 13,3 per MMBTU pada 2017.
BERNADETTE CHRISTINA MUNTHE | RAYMUNDUS RIKANG
Terpopuler:
Titiek: Keluarga Cendana 100% Dukung Prabowo-Hatta
Politikus Ini Masih Sakit Hati kepada Demokrat
Gunung Sinabung Meletus, Tidak Ada Korban Jiwa