TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah akhirnya merampungkan negosiasi ulang harga jual gas alam cair (LNG) Tangguh, Papua, ke Fujian, Cina. Disepakati, harga ekspor gas akan naik secara bertahap mulai 1 Juli 2014 hingga 2017.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik mengatakan, dengan asumsi harga minyak Japan Crude Cocktail (JCC) sebesar US$ 100 per barel, harga ekspor gas ke Fujian akan naik menjadi US$ 8 per juta british thermal unit (million british thermal unit/MMTBU) per Juli 2014. Harga akan kembali naik menjadi US$ 13,3 per MMBTU pada 2017. (Baca juga: Renegosiasi Gas Tangguh, SBY: Ada Berita Baik)
Jero menuturkan ada dua poin yang diubah dalam formula harga ekspor gas ke Fujian, sehingga harga yang saat ini berlaku, maksimal US$ 3,3 per MMBTU, bisa naik 300 persen pada 2017. Pertama, kedua belah pihak sepakat mencabut batas atas harga minyak yang selama ini dipatok maksimal US$ 38 per barel.
Selama ini, meski harga minyak dunia telah menembus US$ 100 per barel, Indonesia tak menikmati kenaikan harga LNG dari ekspor ke Fujian karena ada batas atas JCC. "Batas atas harga dihapuskan, jadi harga patokan JCC dibiarkan mengambang. Ini faktor luar biasa," tutur Jero di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta, Selasa, 1 Juli 2014.
Faktor kedua adalah perubahan faktor pengali atau slope yang sebelumnya 5,25 persen naik menjadi 6,5 persen mulai 1 Juli 2014. Secara bertahap, faktor pengali ini akan naik hingga menyentuh 11 persen pada 2017.
Meski harga naik bertahap cukup tinggi, harga ini baru berlaku untuk LNG yang dikirim mulai paruh kedua 2014. Sebelumnya, pemerintah berharap harga baru ini bisa berlaku surut untuk pengiriman LNG sejak 2013.
BERNADETTE CHRISTINA MUNTHE
Terpopuler:
Titiek: Keluarga Cendana 100% Dukung Prabowo-Hatta
Politikus Ini Masih Sakit Hati kepada Demokrat
Gunung Sinabung Meletus, Tidak Ada Korban Jiwa