TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Harian Asosiasi Pengusaha Ikan Kaleng Indonesia Ady Surya mengatakan produk olahan perikanan Indonesia hanya menguasai 11 persen. Pangsa pasar itu jauh tertinggal dari produk asal Thailand yang menguasai 48 persen.
Ketertinggalan itu aneh sebab Indonesia memiliki kawasan laut dan potensi perikanan yang jauh lebih besar ketimbang Thailand. Kawasan laut Indonesia 17 kali lebih besar ketimbang Thailand. Menurut Ady ketertinggalan industri pengolahan ikan disebabkan pembangunan infrastruktur di sekitar pelabuhan yang buruk dan pasokan listrik yang seret. "Pengelolaan sektor hulu dan hilir yang tidak sinergis," katanya saat dihubungi Tempo, Kamis, 5 Juni 2014.
Ady menambahkan ongkos sewa pelabuhan yang mahal menambah kesulitan industri pengolahan. Ditambah lagi rendahnya teknologi pada kapal nelayan. Beragam kekurangan itu berpangkal dari tidak jelasnya cetak biru industrialisasi perikanan Indonesia. "Pembangunan infrastruktur perikanan di level hulu dan pengelolaan sumber daya di level hilir tidak harmonis" ujarnya.
Akibatnya serapan industri pengalengan ikan masih 50 persen dari hasil laut. Ady menilai angka serapan itu tergolong rendah sebab terdapat tiga pabrik besar yaitu di Jembrana, Bitung, dan Banyuwangi. (Lihat: Perikanan Indonesia Masih Unggul di ASEAN)
Ady mengatakan kemajuan industri perikanan dapat dimulai dari perhatian besar dari pemimpin tertinggi pemerintah. Ia menganalogikan kemajuan industri perikanan di Thailand sebab secara politik didukung kuat oleh Raja Thailand. "Sektor perikanan mereka berkembang karena raja sebagai pemimpin tertinggi turun tangan sejak lama. Sementara di Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan saja baru berdiri setelah reformasi," katanya.
RAYMUNDUS RIKANG R.W.
Berita Terpopuler:
Yakuza Rekrut Anggota Secara Online
10 Fakta Unik tentang Yakuza
Yakuza Paksa Tunawisma Bekerja di PLTN Fukushima
Ini Alasan Vitalii Sediuk Memukul Brad Pitt