TEMPO.CO, Surabaya -Rencana tutupnya dua pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT) PT HM Sampoerna Tbk di Lumajang dan Jember, diperkirakan berimbas ke industri SKT lain. Sekjen Forum Masyarakat Industri Rokok Seluruh Indonesia Suharjo mengatakan ada tren pergeseran selera konsumen penikmat rokok kretek. "Ada evolusi, sekarang masyarakat lebih suka sigaret kretek mesin. Kalau pemerintah tidak ada langkah antisipasi, bisa-bisa industri SKT lain gulung tikar juga," ujar Suharjo kepada Tempo, Selasa 20 Mei 2014.
Seperti rokok klobot, kata Suharjo, dulu menjadi primadona di kalangan pecinta kretek. Begitu muncul SKT buatan pabrik, eksistensi rokok klobot lambat laun meredup. Kini, Sigaret Kretek Mesin menjadi ancaman bagi SKT pabrik. Selain evolusi, regulasi juga pemicu matinya industri SKT.
Ia mengingatkan, SKT merupakan warisan budaya. Pemerintah sebaiknya tidak mengenakan aturan pajak yang berlebihan pada industri SKT. Saat ini, kata Suharjo, industri SKT mendapat triple tax. Selain soal pajak, regulasi penetapan upah minimum kabupaten juga menjadi pemicu PHK massal di sektor industri SKT, termasuk PT Sampoerna.
SKT adalah indutri rokok padat karya. Suharjo mendesak pemerintah menghapus semua regulasi yang mengancam industri SKT nasional. "Harus bayar cukai, PPN dan pajak ke daerah. Di luar negeri, triple tax ini diketawain. Khusus SKT, harusnya cukup cukai saja. Karena SKT banyak menyerap tenaga kerja, ini harus menjadi perhatian,"
DIANANTA P. SUMEDI
Berita Terpopuler:
Aburizal Terima Tawaran Menteri Utama dari Prabowo
Pengamat: Hanya Dua Poros Capres, Jokowi Untung
Chairul Tanjung Larang Pembelian Kendaraan Dinas
Sperma Tertua di Dunia Ditemukan di Australia
Ryan Giggs Akhiri Karier di Manchester United