TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mengaku khawatir dengan terus naiknya beban utang luar negeri khususnya yang disumbangkan oleh sektor swasta. Hal ini terlihat dari terus naiknya rasio pembayaran utang (debt service ratio/DSR) dari waktu ke waktu. “Untuk Indonesia, tren DSR terus naik. Oleh karena itu utang luar negeri swasta perlu semakin dicermati," kata Tirta Segara, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia melalui pesan pendeknya, Selasa, 20 Mei 2014.
Dalam Statistik Utang Luar Negeri yang diterbitkan Bank Indonesia kemarin disebutkan, hingga kuartal pertama tahun ini tercatat utang luar negeri per Maret 2014 mencapai US$ 276,5 miliar atau sekitar Rp 3.155 triliun. Angka itu naik sekitar US$ 4,15 miliar bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 272,35 miliar. (Baca:Terus Membengkak, Utang Swasta Akan Diselidiki)
Adapun DSR per kuartal pertama tahun 2014 ini sebesar 46,31 persen atau lebih tinggi ketimbang kuartal terakhir tahun lalu yang mencapai 43,38 persen. Sementara bila dibandingkan dengan periode serupa tahun lalu yang sebesar 36,79 persen, DSR per kuartal tahun ini sudah melonjak cukup besar. (Baca: Utang Luar Negeri Membengkak, Apa Penyebabnya ?)
Tirta menjelaskan, beban utang luar negeri bakal makin memberatkan bila utang tersebut digunakan untuk membiayai konsumsi yang berpenghasilan rupiah. Tapi sebaliknya, jika digunakan untuk membiayai ekspor, utang tersebut masih terhitung sehat.
Dia pun mengatakan peningkatan utang luar negeri Indonesia dari segi rasio keseluruhan terhadap PDB masih terhitung relatif rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Sebagai catatan, rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto per Maret 2014 sebesar 32,35 persen, atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2013 sebesar 28,79 persen.
MAYA NAWANGWULAN
Berita Terpopuler:
Jadi Cawapres, Ini Daftar Kebijakan Kontroversi JK
Profil Wisnu Tjandra, Bos Artha Graha yang Hilang
Inanike, Pramugari Garuda yang Salat di Pesawat