TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai negara agraris, impor produk pangan Indonesia kerap jadi sorotan. Bahkan menuai kritik di negeri sendiri. Di pihak lain, kegiatan ekspornya seolah luput dari perhatian.
"Padahal, neraca perdagangan produk pangan kita surplus. Kita lebih banyak mengekspor daripada impor," kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, Rabu, 7 Mei 2014. (Baca: Pemerintah Genjot Ekspor Makanan ke Amerika)
Bayu menyebut pada triwulan pertama 2014 ini, impor produk pangan Indonesia "hanya" US$ 2,4 miliar. Sementara ekspornya mencakup 27 jenis komoditas dengan nilai mencapai US$ 5,2 miliar.
Di antara produk pangan yang diekspor Indonesia pada triwulan I 2014 adalah minyak goreng senilai US$ 3 miliar, biji kopi US$ 188,3 juta, lada US$ 41,1 juta kedelai US$ 26,8 juta, dan terigu US$ 10,5 juta
Bayu mengakui jika untuk beberapa jenis produk Indonesia memang masih banyak mengandalkan impor dari negara lain. Di antaranya adalah daging dan produk olahannya yang pada triwulan I 2014 mencapai US$ 154 juta. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu impornya hanya US$ 45,2 juta.
Menurut Bayu, impor produk pangan yang dilakukan saat ini masih diperlukan untuk menjaga jumlah pasokan, stabilitas harga, dan muaranya adalah untuk mengendalikan inflasi.
PINGIT ARIA