TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) Juniman menyarankan pemerintah melakukan diversifikasi ekspor, baik berupa produk maupun pasar negara tujuan. Pasalnya, saat ini pemerintah mengandalkan pendorong ekspor sumber daya ke Cina untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
"Pemerintah sebaiknya duduk bersama dengan para pengusaha untuk mencari pasar baru," katanya saat dihubungi, Senin, 14 April 2014. Ia menambahkan, sektor sumber daya yang menjadi andalan ekspor Indonesia ke Cina adalah crude palm oil (CPO), natural coal, dan rubber.
Dia mengatakan perlambatan ekonomi Cina ikut mengerem pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ekonomi Cina tersebut merupakan salah satu indikasi melemahnya ekonomi global yang mempengaruhi fundamental ekonomi Indonesia.
Sebelumnya, Bank Indonesia mencatat melemahnya perekonomian Cina menyebabkan ekspor Indonesia tertekan. "Ekspor bahan mentah anjlok karena permintaan Cina menurun," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Juda Agung, Kamis, 3 April 2014.
Ia mengungkapkan, dengan melemahnya perekonomian Cina, adanya tekanan ekspor, dan tingginya impor Indonesia, muncullah defisit transaksi berjalan (current account deficit ). Jika kondisi ini terus berlanjut, perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5-6 persen. Per Februari 2014, ekspor Indonesia ke Cina mencapai US$ 1,58 miliar. Jumlah itu turun dari Januari 2014 yang besarnya US$ 1,82 miliar.
Walaupun memprediksi Indonesia akan terpengaruh melemahnya ekonomi Cina, Ali mengatakan kemungkinan lain masih bisa terjadi tergantung pada hasil neraca perdagangan bulan lalu. "Tergantung neraca perdagangan Maret, baru kita akan tahu apakah akan berpengaruh terhadap ekspor-impor."
ALI HIDAYAT
Berita terpopuler:
Bayi Meninggal di Pesawat Lion Air
Dyandra Investasi Hotel Bintang Lima Rp 98 Miliar
Garuda Terbang Perdana Rute Surabaya-Jeddah