TEMPO.CO, Jakarta - Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia Timur akan stabil pada 2014. Salah satu sebabnya adalah tappering off yang dilakukan Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) direspons relatif dingin oleh pasar.
Secara keseluruhan, Bank Dunia memperkirakan perekonomian Asia Timur akan tumbuh 7,1 persen tahun ini atau tak jauh berbeda dengan pertumbuhan tahun lalu. "Asia Timur-Pasifik, telah menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi dunia sejak terjadinya krisis keuangan global," kata Axel van Tritsenburg, Wakil Presiden Bank Dunia Kawasan Asia Timur dan Pasifik dalam siaran persnya, Senin, 4 April 2014.
Meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan 8 persen selama 5 tahun belakangan, menurut Tritsenburg, Asia Timur dengan angka ini menjadi kawasan dengan pertumbuhan tertinggi di dunia.
Pada tahun ini, hanya Cina yang akan mengalami perlambatan ekonomi. Turun dari 7,7 persen pada tahun lalu, ke 7,6 persen pada 2014 ini. Selain Cina, semua negara berkembang di Asia Timur akan bertumbuh 5,0 persen, turun dari angka tahun lalu, 5,2 persen.
Asia Tenggara diperkirakan akan dihadapkan dengan berbagai tantangan seperti kondisi keuangan global dan tingkat utang rumah tangga yang lebih tinggi. Adapun mayoritas pulau-pulau di kawasan pasifik dan Timo Leste misalnya, tetap bergantung pada dukungan dan dana dari ekonomi maju.
Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 akan mencapai 5,3 persen, menurun dari tahun lalu sebesar 5,8 persen. Pemilu tak terlalu berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan di Kamboja, kondisi pascapemilu diperkirakan akan membantu menstabilkan pertumbuhan ekonomi pada angka 7,2 persen tahun ini. Adapun untuk Malaysia diperkirakan tumbuh dari 4,7 persen tahun lalu, ke 4,9 persen tahun ini dan Myanmar akan tumbuh ke angka 7,8 persen, dan pertumbuhan ekonomi 5,5 persen untuk Vietnam.
TRI ARTINING PUTRI
Berita terpopuler:
Dua Pria yang Dikangeni Agnes Monica di Indonesia
Dipaksa SBY Bayar, Lapindo: Tidak Bisa Segera
Amerika Ingatkan Cina Agar Tidak Meniru Rusia