TEMPO.CO, Jakarta - Realisasi penerimaan negara dari bea masuk sepanjang 2014 ternyata belum mampu menembus target. Menurut Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai Susiwijono Moegiarso, realisasi penerimaan bea masuk hanya Rp 4,78 triliun hingga Februari 2014 atau 84,5 persen dari target awal Rp 5,65 triliun. "Masih jauh di bawah target," katanya kepada Tempo, Senin, 24 Maret 2014.
Dalam outlook dan proyeksi penerimaan bea masuk sepanjang 2014, pemerintah mematok target Rp 35,18 triliun. Susi mengatakan aparat Bea-Cukai kini wajib bekerja keras untuk memenuhi target tersebut. "Apalagi, untuk mengejar pencapaian target tersebut dalam sepuluh bulan yang tersisa relatif sulit," ujarnya. (Baca: Plastik PET Bebas Bea Masuk Tambahan).
Untuk bea keluar, Susi mengatakan lembaganya telah menyetor Rp 2,46 triliun hingga 28 Februari 2014. Jumlah tersebut setara 12,36 persen dari target tahunan bea keluar. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013, penerimaan bea keluar meningkat 3,22 persen. (Baca: Peraturan Bea Keluar Progresif Turunkan Defisit).
Data Bea-Cukai menyebutkan 87,12 persen penerimaan bea keluar berasal dari ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya. Ekspor mineral menyumbang 11,46 persen dan sisanya berasal dari pengiriman produk kulit, kayu, dan biji kakao. Komposisinya relatif sama dengan 2013, saat mayoritas penerimaan bea keluar disumbang oleh ekspor CPO dan bijih mineral. (Baca: Awal 2014, Ekspor CPO Turun 22 Persen).
Namun pada masa mendatang, Susi memperkirakan penerimaan bea keluar dari CPO akan turun. Hal ini terjadi seiring dengan program pengolahan produk di dalam negeri. Dengan demikian, pada masa mendatang kemungkinan bea keluar didominasi oleh ekspor produk turunan minyak sawit. (Baca: Target Produksi Sawit Indonesia 28 Juta Ton)
MARIA YUNIAR
Berita Terpopuler
Apa Kata Istri Aburizal atas Video Maladewa
Bagaimana Menemukan Kotak Hitam Pesawat MH370?
Cari MH370, Berapa Dana yang Dihabiskan Amerika?
Kotak Hitam Kunci Misteri Penerbangan MH370