TEMPO.CO, Jakarta - Kelanjutan nasib maskapai pelat merah, PT Merpati Nusantara Airlines untuk kembali terbang mengudara masih belum jelas. Dua kementerian yang menaunginya masih beda suara tentang langkah penyelamatan Merpati. Di satu sisi Kementerian Badan Usaha Milik Negara menginginkan agar Merpati bisa terbang ke Jeddah dahulu dengan mitra kerjasama operasinya. Namun di lain pihak Kementerian Perhubungan justru enggan menerbitkan izin tersebut dan meminta Merpati terbang di domestik terlebih dahulu.
“Kami mau Merpati benahi dulu internalnya, baru kemudian terbang ke luar negeri. Kalau tidak begitu siapa yang bisa jamin keselamatan penerbangannya?,” kata Menteri Perhubungan E.E Mangindaan di Jakarta 20 Maret 2014. (Baca juga : Celebes Air Berpeluang Garap Rute Merpati)
Ia bersikukuh masih akan terus membekukan sertifikat izin terbang (AOC) Merpati sampai maskapai itu bisa membuktikan layak menerbangkan rute-rute domestiknya. Mangindaan membantah tudingan bahwa Kementerian Perhubungan mendukung penutupan Merpati. Namun aspek keselamatan menurut dia tidak bisa dinegosiasikan. “Kalau sudah ada titik terang baru kita kasih (izin). Ini saja titik terang belum. Kalau kita buka izinnya takut ada masalah,” katanya.
Di lain pihak Menteri BUMN Dahlan Iskan justru mengatakan langkah terbang ke Jeddah merupakan alternatif terbaik bagi Merpati. Musababnya bila hanya mengandalkan uang penjualan dua unit bisnisnya sekitar Rp 150 miliar, dana itu tidak cukup untuk membiayai jangka panjang. Dipakai untuk terbang di rute domestik pun, dana itu hanya bisa bertahan sebulan. Apalagi di rute-rute domestik ini persaingan maskapai cukup ketat mengingat maskapai lain lebih unggul dari segi jenis pesawat dan efisiensi. (Lihat juga : Merpati Diberi Waktu Tambahan 30 Hari)
Berbeda bila PT Amagedon masuk melakukan kerjasama operasi (KSO) dengan Merpati. Secara bisnis rute Jeddah itu, kata Dahlan, dapat membawa untung untuk Merpati karena pesawat nantinya akan disiapkan oleh PT Amagedon sebagai mitra KSO. Selain itu dengan adanya KSO juga berkontribusi dalam aliran modal kepada Merpati. "Kalau izin ke Jeddah enggak keluar, sulit bagi Merpati," katanya.
Nantinya setelah merengguk untung dari KSO tersebut, kata Dahlan, barulah perlahan Merpati bisa terbang di rute domestik. “KSO itu menurut saya pilihan terbaik dari pilihan-pilihan lainnya,” katanya. (Berita terkait : Urus Merpati, Dahlan Ditawari Dana dari Hong Kong)
Untuk diketahui, Merpati akan mengantongi uang senilai Rp 150 miliar dari penjualan unit bisnisnya, Merpati Trainning Center dan Merpati Maintanance Facilities. Direktur Utama Merpati Asep Ekanugraha dalam penjelasannya kepada Forum pegawai Merpati mengatakan uang itu hanya cukup untuk menolong sementara. Dalam rencana bisnis nantinya dibutuhkan uang yang lebih besar lagi sekitar Rp 1,7 triliun agar Merpati bisa hidup sebelum menunggu konversi utangnya Rp 7 triliun. Adapun sumber uang Rp 1,7 triliun itu diharapkan dari mitra KSO sebesar Rp 500 miliar. Sisanya dari Pemerintah dan investor lainnya.
ANANDA PUTRI
Terpopuler :
Rupiah Terancam Hasil Pertemuan The Fed
PLTGU Beroperasi, Krisis Listrik Sumatera Berkurang
Jepang Minta Pelonggaran Larangan Ekspor Mineral
Pemerintah Buka Lelang Proyek Gas Rumah Tangga