TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia menyatakan peredaran uang palsu tidak ada hubungannya dengan Pemilihan Umum 2014. Meski demikian, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyatakan bank sentral tetap memantau peredaran uang palsu.
Ia mengatakan peredaran uang palsu harus dibedakan dari penipuan. Banyak yang melakukan penipuan dalam pembayaran dengan alat pembayaran tapi bukan uang. "Misalnya, dia pakai uang monopoli, itu benar-benar penipuan," ujar Agus saat ditemui di sela-sela kegiatan Indonesia 2014-Solid Progress or Election Euphoria, Kamis, 13 Maret 2014.
Sedangkan uang palsu, kata Agus, adalah uang yang dibuat dengan menyamarkan uang yang digunakan sebagai alat pembayaran, seolah-olah asli. Menurut dia, ada sedikit peningkatan peredaran uang palsu pada 2013 dibandingkan 2012. Namun dibandingkan 2010, jumlah peredaran uang palsu sedikit lebih rendah. BI akan terus bekerja sama dengan pihak berwenang untuk melakukan pengawasan.
Sebelumnya, BI Jember meminta masyarakat mewaspadai uang "merah" alias uang palsu. Pasalnya, BI memprediksi uang palsu banyak beredar menjelang pelaksanaan pemilihan umum legislatif awal April ini. "Biasanya, peredaran uang palsu pada saat pemilu meningkat," kata Kepala BI Jember Ahmad Bunyamin.
Dia mengimbau seluruh masyarakat untuk lebih teliti mengenali keaslian uang rupiah selama pemilu. Salah satu langkah antisipasi yang dilakukan BI adalah melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengenal uang rupiah melalui media atau datang ke tempat-tempat keramaian. "BI minta masyarakat terus mewaspadai uang palsu setiap saat, tidak hanya saat ada pemilu saja," ujarnya.
Feri Tumpal, Deputi Manajemen Internal dan Sistem Pembayaran BI Jember, mengatakan selama Januari hingga Februari 2014, BI Jember mencatat uang palsu yang ditemukan sekitar Rp 20 juta lebih. Padahal, menurut dia, bulan-bulan sebelumnya hanya sekitar satu-dua laporan penemuan uang palsu di masyarakat. "Sejak awal tahun ini, malah ada dua-tiga laporan uang palsu setiap pekan," katanya.
Sutomo, pengamat politik dari Universitas Jember, mengatakan politik uang tetap akan mewarnai pemilu legislatif dan pemilu presiden tahun ini. Saat ini, kata dia, banyak calon anggota legislatif dan tim sukses yang membagi-bagikan uang kepada masyarakat dengan harapan agar dipilih.
"Sebagian besar masyarakat bersikap pragmatis dalam politik dan kondisi ekonomi masih kacau. Pasti ada saja yang memanfaatkan situasi untuk mengedarkan uang palsu," ujarnya.
MARIA YUNIAR
Terpopuler
Twitter: Foto dan Video Lebih Banyak Dapat Retweet
Michael Schumacher Tunjukkan Tanda Membaik
Ini Kata-kata Terakhir Pilot Malaysia Airlines
Bodi Pesawat Malaysia Airlines Diduga Retak