TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan peningkatan utang luar negeri swasta belum pada tahap yang mengkhawatirkan. Walaupun begitu, dia mengatakan, peningkatan utang swasta harus tetap dijaga baik jangka waktu, mata uang, maupun pengelolaannya.
Menurut Agus, peningkatan utang luar negeri swasta sebenarnya tak perlu dikhawatirkan asalkan untuk tujuan produktif. "Kalau untuk tujuan positif akan berdampak baik terhadap pembayaran bunga dan cicilannya," kata Agus, di kantornya, Jumat, 7 Maret 2014. Sebaliknya, jika kenaikan utang luar negeri swasta hanya untuk spekulasi akan memberi beban. (Baca juga: Wamenkeu: Utang Swasta Perlu Diawasi).
Bank Indonesia mencatat per November 2013 nominal Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia turun menjadi US$ 260,3 miliar. ULN Publik atau negara sebagian besar berbentuk ULN jangka panjang dengan pangsa 94,6 persen atau sebesar US$ 116,6 miliar dari total ULN publik US$ 123,3 miliar.
Adapun ULN swasta didominasi oleh ULN jangka panjang sebesar US$ 97,8 miliar atau 71,4 persen dan berbentuk loan agreement sebesar US$ 91,3 miliar atau 66,6 persen. Sebagian besar ULN swasta dilakukan oleh korporasi nonkeuangan sebesar US$ 10,1 miliar atau 77,4 persen, sementara pangsa pasar ULN perbankan hanya 16,8 persen atau US$ 23,1 miliar.
Saat ini, kata Agus, utang luar negeri swasta memang masih menjadi tantangan bagi perbankan. Ini karena idealnya pembiayaan berasal dari pasar modal dan obligasi. Kondisi ini memberikan alternatif seperti penarikan pinjaman dari luar negeri tidak terlalu tinggi. "Yang penting untuk tujuan produktif, dijaga mata uang, jatuh tempo, serta tingkat bunganya."
FAIZ NASHRILLAH
Terpopuler
Diduga Bunuh Ade Sara, Pasangan Ini Bercuit Sebelum Ditangkap
Diduga, Ade Sara Dibunuh dalam Perjalanan
Terduga Pembunuh Ade Sara Sepasang Kekasih
Teman-teman Ade Sara Angelina Penuhi RSCM