TEMPO.CO, Sydney - Kelompok 20 negara-negara utama di dunia (G20) dinilai gagal memenuhi janjinya melakukan kolaborasi di tengah perbedaan dan pertentangan beberapa negara anggota saat ini. Dugaan itu didasarkan pada tidak hadirnya sejumlah menteri keuangan dari beberapa negara ke pertemuan di Sydney akhir pekan ini. Indikasi itu menunjukkan forum G20 telah mulai turun pamor.
Seperti dilansir The Guardian, 21 Februari 2014, belajar dari tujuan awal dibentuknya G20 pada akhir 2008. Pertemuan pertama para pemimpin negara anggota G20, baik negara maju maupun berkembang, di Washington pada November 2008 hanya beberapa waktu setelah kasus kolapsnya Lehman Brothers. Ide itu untuk mencegah terjadinya krisis finansial dan ekonomi berlanjut menjadi Great Depression tahap kedua. Pertemuan kedua di London, lima bulan kemudian, dilakukan setelah menteri-menteri dan gubernur bank sentral negara anggota berupaya menggenjot angka permintaan global. (Baca juga: Akses Data Bank Tangkal Pengemplang Pajak)
Pesan dari forum tersebut sudah jelas, yakni bagaimana negara-negara anggota G20 bersatu menghindari bencana ekonomi. Namun kerja sama itu tampaknya tak lagi bisa mengandalkan dorongan dari negara-negara Barat. Melainkan juga harus melibatkan Cina, India, Rusia, Brasil, dan negara-negara lain yang mulai tampil sebagai negara utama di dunia.
The Guardian menuliskan bahwa forum G20 tampak hanya muncul sekadar memenuhi kebutuhan. Forum G20 tampak lebih besar dari G7, tapi tidak terlalu besar untuk membuat pertemuan menjadi tidak terkelola. Lebih dari itu, forum tersebut bisa membantu mencarikan solusi masalah global, minimnya permintaan yang efektif, pengangguran, ketidakseimbangan antara kreditor negara seperti Cina dengan defisit yang dialami oleh Amerika Serikat misalnya. Forum itu juga diharapkan bisa menjadi pengawas atas tidak efektifnya pembiayaan multinasional dan kerugian negara atas kasus penghindaran atau pengemplang pajak. (Lihat juga: Agar Tak Kewalahan Kejar Pajak, Buka Data Bank!)
Sayangnya, menurut The Guardian, forum G20 gagal menghidupkan janji-janji itu. Pertemuan yang diselenggarakan tampak hanya seperti forum ngerumpi dan kesempatan foto bersama. Kemauan bersama-sama untuk mengatasi situasi ekonomi yang tidak bersahabat pada 2008 dan 2009 kini dinilai telah benar-benar hilang.
Indikasi dari jatuhnya pamor forum G20 adalah sejumlah menteri keuangan beberapa negara memutuskan untuk tidak datang akhir pekan ini. Beberapa yang hadir kemungkinan karena berharap bisa melihat jalan tengah yang muncul terkait dengan perdebatan antara Gubernur Bank Sentral India Raghuram Rajan yang mengkritik kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The fed. (Berita terkait: Chatib Dukung Data Bank Dibuka untuk Hitung Pajak)
Rencananya Rajan akan bertemu dengan Gubernur The Fed Janet Yellen sebagai pemimpin baru The Fed dalam forum tersebut. Rajan telah beberapa kali mengkritik kebijakan pelonggaran kuantitatif yang diberlakukan The Fed karena berdampak terhadap ekonomi negara-negara berkembang. (Artikel lain: Rupiah Loyo, Pemerintah Tertekan Utang Dolar)
Akhir pekan ini dalam forum G20 akan ada pembicaraan cukup keras soal kasus penghindaran pajak, tapi progres dari pembicaraan itu sangat lambat. Sejak kejayaan forum G20 dalam pertemuan di London pada April 2009, saat ini forum itu menjadi tidak relevan. Kurangnya dukungan pemimpin politik dalam forum itu membuatnya menjadi kering dukungan kebijakan untuk mengatasi pengangguran, pemanasan global, dan ancaman krisis finansial jilid dua. Tantangan bagi forum G20 adalah bagaimana merealisasikan tujuan awalnya. Jika tidak, forum ini memang tak berbeda dengan forum ngerumpi belaka.
THE GUARDIAN | ABDUL MALIK
Terpopuler :
Jan Koum WhatsApp, dari Miskin Jadi Triliuner (1)
Kisah Jan Koum Mendongkrak WhatsApp (4)
Lamar ke Facebook, Jan Koum WhatsApp Ditolak (3)
Soekarno-Hatta Lebih Sibuk Ketimbang Bandara Paris
Mulai 27 Maret, Kurs BI Gantikan NDF Singapura!