TEMPO.CO , Jakarta - Ketua Asosiasi Agrobisnis Cabai Indonesia, Sukoco, mengatakan meletusnya Gunung Kelud telah memicu kenaikan harga cabai di tingkat petani. Tapi, kenaikan harga yang sudah terjadi masih dalam batas wajar. “Setelah meletus memang sudah ada kenaikan yaitu 10 persen untuk harga cabai di tingkat petani,” katanya pada Tempo di Jakarta, Ahad, 16 Februari 2014.
Menurut dia, untuk cabai merah besar harga naik dari Rp 19 ribu per kilogram menjadi Rp 20-21 ribu per kilogram. Sedangkan untuk cabai rawit merah harga naik menjadi Rp 30-31 ribu. Menurut dia, harga masih mengalami kenaikan tidak terlalu drastis karena pasokan cabai masih digantikan oleh daerah penyangga lain. (Lihat juga : Dampak Kelud, Dua Pekan Lagi Harga Akan Naik)
Sukoco menyebut ada beberapa daerah yang menjadi penyangga pasokan cabai yaitu Banyuwangi, Bojonegoro, Tulungagung, dan Malang, Jawa Timur. Untuk harga di tingkat konsumen, Sukoco mengatakan kenaikan harga bisa mencapai 75 persen dari harga petani untuk jarak terjauh yaitu konsumen di Jakarta. “Kenaikan harga di tingkat konsumen tergantung dari ada berapa rantai. Kalau di pasar induk kenaikan bisa hanya Rp 7 ribu,” katanya.
Menurut dia, dalam kondisi normal atau ketika tidak terjadi bencana harga cabai naik 50 persen dari tingkat petani sampai pada konsumen terjauh. “Jadi ketika bencana kan biasanya naik 75 persen, jadi ada kenaikan 25 persen,” katanya. (Lihat juga : Pasca Letusan Kelud, Dua Bandara Masih Tutup)
Mengenai lahan yang rusak di Jawa Timur, Sukoco mengatakan daerah yang paling parah mengalami kerusakan adalah Kediri. Total lahan yang rusak, kata dia, mencapai 400 hektar. Untuk daerah Malang, lahan yang rusak akibat erupsi mencapai 100 hektar sedangkan di Blitar lahan yang rusak mencapai 100 hektar. “Di Kediri masih ada 200-300 hektar yang masih bisa dipanen,” katanya.
ANANDA TERESIA
Terpopuler :
Mengapa Rupiah Menguat Paling Tajam Se-Asia?
Bos Sritex Lukminto Dimakamkan Hari Ini
Bandara Husein Sastranegara Dibuka Lagi Pagi Ini
Jenazah Bos Sritex Lukminto Diarak Keliling Solo