TEMPO.CO, Jakarta - PT Merpati Nusantara Airlines optimistis bisa terbang ke Jeddah melalui kerja sama operasionalnya dengan PT Amagedon. Direktur Utama Merpati Asep Ekanugraha melihat ada potensi untuk terbang ke Jeddah karena Merpati pernah melayani penerbangan internasional. "Jadi ini kita bukan sekadar sok-sokan atau gaya-gayaan, kita melihat ini potensial," katanya di Jakarta, 10 Februari 2014.
Ia menolak jika Merpati disebut memiliki pengalaman terbang internasional minim. Ia beralasan, Merpati dahulu pernah terbang ke negara seperti Filipina, Australia, dan Amerika Serikat. (Baca juga : Road Map Penyelamatan Merpati Sudah Ada Sejak 2012)
Nantinya, kata dia, PT Amagedon menyediakan dana dan pesawat dalam kerja sama operasional dengan Merpati ini. Adapun Merpati, kata dia, akan menyediakan fasilitas penunjang, seperti pelatihan bagi kru pesawat. Begitu juga dengan pemberian sertifikat terbang yang akan digunakan dalam penerbangan ke Jeddah tersebut. "Karena kan yang punya AOC (sertifikat terbang) itu Merpati, bukan Amagedon," katanya.
Merpati, kata dia, sekarang masih menunggu persetujuan dari Kementerian Perhubungan tentang kemungkinan terbang ke Jeddah. Tak hanya itu, ia juga mengungkapkan perlunya persetujuan clearance dari pemerintah Arab Saudi agar rencana tersebut terealisasi. "Sepertinya sudah ada green light dari sana," katanya. (Lihat juga : DPR Tuding Dahlan Tanggung Jawab Soal Merpati)
Namun Asep enggan mendetailkan potensi yang didapat dari penerbangan umrah tersebut. Juga skema bisnis pembagian keuntungan untuk kedua perusahaan. "Itu masih dievaluasi oleh tim. Intinya, potensial," katanya.
Juru bicara Merpati, Riswanto, menambahkan bahwa kelak ada setidaknya dua pesawat Amagedon yang akan dioperasikan. Jumlah ini, kata dia, masih bisa bertambah karena diskusi masih berlanjut. "Jenisnya pesawat berbadan lebar," katanya.
Sementara itu, dihubungi terpisah, juru bicara Kementerian Perhubungan, Bambang S. Ervan, membenarkan adanya permintaan terbang ke Jeddah dari Merpati. Namun sampai saat ini ia mengatakan Kementerian masih melakukan evaluasi. Salah satunya yakni melihat kemampuan pesawat dan hal-hal pendukung lainnya, seperti kemampuan sumber daya manusia. (Berita terkait : Tingkat On Time Performance Merpati Paling Rendah)
Ia mengatakan permintaan rute internasional memang membutuhkan proses yang lama. Sebab, kata dia, ada prosedur antarnegara. "Harus dapat AOC (sertifikat terbang) dari otoritas negara tujuan," katanya.
ANANDA PUTRI
Terpopuler :
800 Ton Beras Vietnam Diperiksa di Laboratorium
DPR Panggil Direksi Merpati Pekan Ini
Komitmen Freeport Bangun Smelter Terus Ditagih
Bagasi Lion Air Dibobol, Kemenhub 'Angkat Tangan'
Tingkat On Time Performance Merpati Paling Rendah