TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementrian Pekerjaan Umum, Danis H. Sumadilaga, mengatakan lembaganya akan bekerjasama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam membenahi kondisi beberapa jalan di Indonesia yang rusak. Namun, kerjasama ini masih akan dibicarakan dengan Dinas Bina Marga. Setelah itu masuk pada penanganan teknis di lapangan bersama TNI.
"Sebenarnya Bina Marga sudah mulai bekerja. Selama ini memang terhambat cuaca yang masih dalam kondisi hujan. Kerjasama dengan TNI diperlukan untuk mempercepat perbaikan jalan," kata Danis ketika dihubungi Tempo, Jumat, 7 Februari 2014.
Menurutnya, kerjasama dengan TNI ini akan lebih fokus kepada tanggap darurat agar lalu lintas tidak terganggu dengan lobang. Jika langkah ini sudah dilakukan, tahap rehabilitasi dan rekontruksi jalan ke arah permanen bisa dilaksanakan.
Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin rapat kabinet terbatas membahas kegiatan tanggap darurat akibat dampak bencana alam, khususnya banjir. Dalam rapat tersebut direncanakan kerja sama Kementerian Pekerjaan Umum dengan TNI untuk memperbaiki jalan nasional yang rusak. (Baca: SBY Minta Perbaikan Jalan Rusak Dikebut)
Danis mengatakan, langkah kerjasama dengan TNI merupakan keinginan baik Presiden agar perbaikan jalan lebih cepat. Dari seluruh jalan di Indonesia, sebagai besar kerusakan berada di pulau Jawa. Di jalur Pantai Utara, misalnya, dari total panjang jalan sekitar 1.300 kilometer, 247 kilometer rusak. "Kerusakan yang dominan terdapat di Jawa Tengah yaitu 130 kilometer, 40 kilometer di Jawa Barat, 20 kilometer terbagi antara Banten, DKI, dan Jawa Timur," ujarnya.
Target Kementrian Pekerjaan Umum, perbaikan jalan tersebut kelar sebelum Juni 2014. Jadi pada bulan tersebut perbaikan permanen sudah selesai. "Perbaikan lain dilakukan setelahnya."
GALVAN YUDISTIRA
Berita Lain:
MPR: Soal Usman Harun, Singapura Keterlaluan!
Ikuti Keyakinan Jonas, Asmirandah Ingin Bahagia
Hakim PK MA Bebaskan Dokter Ayu
Dicari KPK, Staf Atut Ngumpet di Hotel
Pengelolaan Dana Haji Rp 80 Triliun Menyimpang