TEMPO.CO, Jakarta - Walaupun hanya bergerak stagnan dalam transaksi kemarin, Kamis, 6 Februari 2014, nilai tukar rupiah diprediksi tetap mampu menguat akhir pekan ini. Prediksi awal data pekerjaan baru Amerika Serikat (AS) yang kembali melemah disinyalir mengurangi kepercayaan investor global terhadap mata uang dolar.
Menurut analis PT Bank Saudara, Rully Nova, akibat ramainya dukungan sentimen positif, peluang penguatan rupiah masih sangat terbuka. Neraca perdagangan Desember yang mengalami surplus US$ 1,52 miliar dan perekonomian pada 2013 yang tumbuh 5,78 persen membangun persepsi bahwa likuiditas dolar di dalam negeri masih terjaga. “Rupiah masih memiliki modal besar untuk terus menguat,” katanya. (Baca juga : Siang Ini Rupiah Pimpin Penguatan Mata Uang Asia)
Meski demikian, melemahnya data perekonomian AS juga memunculkan spekulasi tak dilanjutkannya program pengurangan stimulus moneter (tapering off). Kecenderungan tersebut akhirnya mendorong investor global mengambil posisi wait and see, dan membuat dolar kembali bergerak volatile. (Lihat juga : Rupiah Diprediksi Tembus Rp 11.400 Usai Pemilu)
Keputusan bank sentral Eropa (ECB) yang tidak mengubah suku bunga acuannya, menambah sentimen positif laju penguatan rupiah. Kebijakan tersebut diyakini akan membuat investor global tetap melirik pasar berkembang (emerging market) sebagai pilihan investasi. Pada akhir pekan, rupiah diprediksi menguat dalam kisaran level Rp 12.170–12.250. “Ekspektasi dipertahankannya BI rate, juga mendorong penguatan rupiah,” tutup Rully.
MEGEL JEKSON (PDAT)
Terpopuler :
Bunga Duka Jokowi Hingga Prabowo Buat Lukminto
Tinggalkan Bisnis PC, Sony Jual Divisi VAIO
Wamen ESDM: Freeport Mau Tutup Tambang? Silakan!
Strategi Indonesia Menjadi Negara Maju