TEMPO.CO, Jakarta - Aksi ambil untung yang dilakukan pelaku pasar menyudahi reli penguatan indeks selama tiga hari berturut-turut.
Pengamat pasar modal Yusuf Nugraha mengatakan, kondisi indeks yang mengalami penguatan tajam selama beberapa hari terakhir memicu kondisi jenuh beli di pasar. "Menilai laju indeks sudah ketinggian, pelaku pasar pun memilih untuk merealisasikan keuntungan."
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia hari ini ditutup melemah 29 poin (0,66 persen) ke level 4.412,48. Saham-saham berkapitalisasi besar, terutama di sektor perbankan (Bank Mandiri dan Bank BRI) dan infrastruktur (PGN) menjadi pemberat laju indeks.
Menurut Yusuf, koreksi yang terjadi masih wajar dan tidak mengubah tren bullish jangka pendek yang dialami IHSG. Hal itu karena aksi jual tidak disertai dengan volume yang sangat masif. Pelaku pasar hanya menjual sebagian sahamnya. "Setelah 2-3 hari terkoreksi, pelaku pasar yakin harga saham masih berpotensi naik."
Secara sentimen, data-data ekonomi yang muncul belakangan ini cenderung positif. Inflasi masih sesuai ekspektasi dan neraca perdagangan bulan November mengalami surplus. Pemerintah bahkan memproyeksi neraca perdagangan untuk Desember kembali mengalami surplus.
Saham yang berpindah hari ini mencapai 5,7 miliar lembar saham senilai Rp 5,2 triliun dengan frekuensi sebanyak 190,3 ribu kali transaksi. Asing mencatat net buy Rp 275 miliar.
Bursa regional bervariasi hingga pukul 17.00 WIB. Nikkei 225 melemah 0,39 persen ke 15.747,20, Hang Seng menguat 0,37 persen ke 22.986,41, Strait Times turun 0,09 persen ke 3.140,44 dan bursa Korea naik 0,21 persen ke 1.957,32.
PDAT | M. AZHAR