TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) berencana mengalokasikan belanja modal sebesar US$ 7,85 miliar pada 2014. Sebanyak 48 persen dari dana itu akan dialokasikan untuk bisnis hulu.
Menurut juru bicara Pertamina Ali Mundakir, 22,2 persen dana itu digunakan untuk kegiatan pengembangan bisnis, 13,4 persen untuk bisnis gas, dan 6,4 persen untuk bisnis pengolahan. “Sedangkan 6,1 persen untuk kegiatan pemasaran dan niaga, serta sekitar 3,9 persen untuk bisnis petrokimia dan anak perusahaan lainnya,” ujarnya, Kamis, 26 Desember 2013.
Perusahaan juga mematok pendapatan US$ 79 miliar atau setara dengan Rp 830 triliun. ”Dengan asumsi kurs rupiah terhadap dolar Rp 10.500 per dolar AS, angka pendapatan tersebut lebih tinggi sekitar 6 persen dibandingkan dengan prognosa pendapatan 2013,” tuturnya.
Perseroan juga menargetkan laba bersih perusahaan sebesar US$ 3,44 miliar dengan pertumbuhan aset konsolidasian menjadi sebesar US$ 52,6 miliar. Angka tersebut naik sekitar 13 persen dari tahun ini.
Dengan nilai pendapatan tersebut, laba usaha perusahaan diperkirakan mencapai US$ 6,67 miliar. Target peningkatan pendapatan dan juga laba usaha didasarkan pada proyeksi pencapaian semua lini bisnis Pertamina, baik hulu maupun hilir.
Bisnis hulu Pertamina tahun depan diperkirakan bisa menyumbangkan lebih dari 50 persen dari total laba usaha. Sumbangan laba itu terutama dipicu oleh peningkatan produksi dari kegiatan merger dan akuisisi ataupun lapangan yang sudah berproduksi.
Pertamina akan memproduksi sekitar 284 ribu barel minyak per hari dan 1.567 MMSCFD gas bumi atau setara dengan 554.700 barel setara minyak per hari (BOEPD). Peningkatan produksi juga ditargetkan pada bisnis panas bumi, yaitu menjadi 3.036 GWh.
Adapun pada bisnis hilir Pertamina, target pendapatan akan didukung oleh peningkatan penjualan pada BBM retail nonsubsidi dan juga bisnis aviasi yang semakin menjanjikan seiring dengan peningkatan jumlah penerbangan domestik dan internasional. Bisnis petrokimia juga akan semakin agresif dalam kegiatan pemasaran, serta dalam bisnis pelumas Pertamina yang tahun ini dilakukan spin-off dari unit bisnis menjadi anak perusahaan, yaitu PT Pertamina Lubricants.
Bisnis gas perusahaan juga diperkirakan tumbuh signifikan, terutama disokong oleh peningkatan bisnis niaga sekitar 374 persen seiring dengan kebijakan sinergi antar-anak perusahaan Pertamina untuk memaksimalkan nilai tambah bisnis gas dari hulu, transportasi, hingga kegiatan niaganya. Bisnis CNG diproyeksikan akan meningkat sejalan dengan mulai gencarnya program konversi BBM ke bahan bakar gas di sektor transportasi oleh pemerintah.
ANANDA PUTRI
Baca juga:
Ekonom UGM: Tahun Depan Ekonomi Memburuk
Bandara Karawang Akan Ditawarkan ke Asing
Operasional Bandara Halim di Januari Belum Pasti
Wakil Menteri Energi Tetap Larang Ekspor Mineral