TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik mencatat, neraca perdagangan pada Oktober 2013 mencapai surplus sebesar US$ 42,4 juta. Neraca perdagangan non-migas tercatat surplus sebesar US$ 792,2 juta, sedangkan neraca migas masih mengalami defisit sebesar US$ 749,8 miliar.
Secara kumulatif, neraca perdagangan selama Januari-Oktober 2013 defisit US$ 6,36 miliar, terdiri dari surplus non-migas sebesar USD 4,28 miliar, sementara neraca migas defisit USD 10,64 miliar.
Menurut Bayu, pelemahan ekspor dibanding tahun lalu ini tak hanya terjadi pada Indonesia. "Ekspor beberapa negara lain yang juga mengalami penurunan selama Januari-Oktober 2013 antara lain Jepang (turun 11,4 persen YoY), Argentina (turun 2,1 persen) dan Brasil (turun 0,9 persen)," ujarnya.
Komoditas non-migas yang mengalami peningkatan impor cukup besar antara lain binatang hidup (naik 463,3 persen dibanding September), biji-bijian berminyak (245,3 persen), gandum-ganduman (85,5 persen), ampas/sisa industri makanan (67,7 persen), gula dan kembang gula (55,1 persen), berbagai produk kimia (16,8 persen), bahan kimia organik (13,8 persen), dan kendaraan bermotor & bagiannya (9,4 persen).
Selama Januari-Oktober 2013, struktur impor didominasi oleh impor bahan baku/penolong yang mencapai 76,1 persen, dan barang modal sebesar 16,9 persen. Impor barang konsumsi dan barang modal mengalami penurunan, masing-masing sebesar 1,8 persen dan 17,1 persen atau menjadi sebesar US$ 10,8 miliar dan US$ 26,4 miliar. Sedangkan impor bahan baku/penolong mengalami kenaikan 2,2 persen menjadi sebesar US$ 118,8 miliar.