TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, Indonesia harus beralih menjadi negara industri untuk memperbaiki neraca perdagangannya. Menurut dia, pengalihan cukup mendesak meskipun realisasinya membutuhkan waktu yang cukup lama.
"Perdagangan Indonesia selama ini mengandalkan sektor komoditas. Trade balance sebelumnya bagus karena banyak ekspor bahan mentah. Era ini sudah berakhir. Harus ada reorientasi kebijakan industri," kata Bambang dalam diskusi panel Economy Outlook 2014 yang diselenggarakan Bank BTN di Hotel Four Seasons, Jakarta, Senin, 18 November 2013.
Bambang mengatakan, melambatnya kinerja ekspor dan meningkatnya impor membuat neraca perdagangan Indonesia terus defisit. Akibatnya, neraca transaksi berjalan negatif. Kinerja perdagangan Indonesia, kata Bambang, pernah mengalami masa kejayaan saat harga komoditas di dunia melejit. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. "Pada 2010 transaksi berjalan surplus karena ekspor tumbuh hingga 30 persen. Tapi komoditas saat ini anjlok," katanya.
Menurut dia, sebenarnya konsep ekonomi dari berbasis bahan mentah ke industri olahan sudah ada sejak dulu. Namun, hal itu selalu terkendala masalah kebijakan. "Harus ada konsistensi dalam kebijakan. Negara ini harus jadi negara industri yang bukan labour insentive. Tapi bagaimana resources sumber daya manusianya," kata Bambang.
Direktur Asesmen Ekonomi Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter, Doddy Zulverdi, menyebut kinerja ekspor merupakan salah satu indikator kuat atau tidaknya struktur ekonomi. Selama ini, Indonesia lebih banyak mengekspor sumber daya alam sehingga ekspor bahan baku lebih banyak daripada manufaktur.
"Struktur ekspor kita lemah, sehingga ketika permintaan Cina melambat, harga komoditas turun. Kita tidak mampu memanfaatkan kecepatan konsumsi negara maju karena negara maju tidak terlalu banyak butuh komoditas SDA kita," katanya.
Senada, Chief Economist PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Prasetyantoko mengatakan, tren perlambatan pertumbuhan pada komoditas sudah terjadi sejak 2011. Penurunan sektor pertambangan, sektor konstruksi, dan industri pengolahan hingga saat ini terus mengalami perlambatan.
ANGGA SUKMA WIJAYA