TEMPO.CO, Jakarta - Anggota komisi yang membidangi masalah pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat, Hayono Isman, mengakui aktif membantu Gabungan Koperasi Produsen Tahu-Tempe Indonesia (Gakoptindo) agar mendapatkan kuota impor kedelai sebesar 20 ribu ton. Hayono mengklaim mengajak pengurus Gakoptindo bertemu Wakil Presiden Boediono dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan. "Respons mereka positif," katanya kepada Tempo, Jumat, 20 September 2013.
Kisah Gakoptindo mendapatkan kuota ditulis di majalah Tempo edisi Senin, 23 September 2013, berjudul "Kuota Janggal Koperasi Hitam".
Politikus Demokrat itu menilai lobinya bertujuan agar pemerintah menghidupkan kembali koperasi primer seperti Gakoptindo, yang pernah berjaya pada era Orde Baru. Caranya, "Beri kuota impor lebih besar," ujarnya.
Hayono menilai pengalaman yang minim bukan alasan tidak memberikan izin kepada koperasi primer. "Kami akan kerja sama dengan importir," kata Hayono yang juga penasihat Gakoptindo.
Hayono merasa kecewa dengan kuota kecil yang diberikan pemerintah. "Seharusnya 1,5 juta ton diberikan ke Gakoptindo," katanya. Peserta konvensi calon presiden Demokrat ini menilai, jika Gakoptindo diberikan kuota besar, akan mampu menaikkan kesejahteraan anggota. "Dulu anggota koperasi bisa naik haji dan beli rumah."
Pernyataan Hayono ini berseberangan dengan Suyanto, Sekretaris Jenderal Gakoptindo. Menurut dia, kuota kecil koperasi itu disebabkan permintaan pengurus. Awalnya, Kementerian Perdagangan memberikan izin 125 ribu ton, namun Gakoptindo mengembalikan 105 ribu ton. "Kami tidak sanggup," ujarnya.
Menurut Suyanto, Gakoptindo lebih berfokus mendistribusikan kedelai ketimbang impor. "Kalau distribusi kami berpengalaman," katanya. Hingga saat ini, Gakoptindo tak kunjung mengimpor karena kesulitan mendapatkan kredit perbankan. "Sudah ke BRI dan Mandiri, tapi belum ada sinyal."
Sumber Tempo yang dekat dengan Gakoptindo mengatakan koperasi ini bakal kesulitan mendapatkan kredit. Alasannya, beberapa pengurus Gakoptindo adalah "alumnus" Induk Koperasi Produsen Tahu-Tempe Indonesia (Inkoptindo) yang terjerat kredit bermasalah US$ 7 juta atau sekitar Rp 77 miliar dari bank CIC, yang berubah menjadi Bank Century (sekarang Bank Mutiara). "Pejabat Gakoptindo masuk daftar hitam perbankan," katanya.
AKBAR TRI KURNIAWAN
Topik Terhangat
Guyuran Harta Labora | Mobil Murah | Tabrakan Maut | Penembakan Polisi | Info Haji
Berita Terkait
UMKM Dijamin Bisa Masuk Ritel Modern
Swasembada Kedelai Hanya Soal Kemauan
Pemerintah Buka Pasar Ekspor Baru di Peru
Regulasi Diganti, Semua Bisa Impor Kedelai
Pemerintah Buka Kran Impor Kedelai