TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perdagangan membuka kesempatan bagi badan usaha milik negara yang berminat mengimpor kedelai. "Untuk BUMN lain yang berminat (mengimpor kedelai), dimungkinkan dengan syarat memenuhi ketentuan yang ada," kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Bachrul Chairi di Jakarta, Senin, 9 September 2013.
Saat ini Kementerian telah memberikan alokasi impor kedelai kepada Perum Bulog dan Gabungan Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia (Gakoptindo). Bulog mendapat jatah impor kedelai 100 ribu ton. Adapun Gakoptindo mendapat izin impor 20 ribu ton kedelai. "Mereka dapat mengajukan tambahan sesuai kebutuhan tiap saat," ujar Bahrul.
Sejak kemarin, pengusaha tahu-tempe yang tergabung dalam Gakoptindo berhenti berproduksi. Aksi mogok ini dilakukan karena harga kedelai tak kunjung turun sehingga mereka mendesak pemerintah menstabilkan harga. Menurut Sekretaris Jenderal Gakoptindo, Suyanto, aksi mogok kembali dilakukan bila pemerintah tak kunjung merespons permintaan mereka.
"Satu bulan mendatang, kami akan mengevaluasi kembali. Mungkin akan mogok lagi bila tidak ditanggapi instansi terkait," katanya. Dalam sepekan terakhir, harga kedelai terus melambung sebesar 20-25 persen. Menurut Suyanto, harga di wilayah Jakarta dan sekitarnya mencapai Rp 9.300-9.500 per kilogram.
Di sejumlah daerah, harga kedelai menembus Rp 10.200 per kilogram. Perajin tahu dan tempe yang akan mogok berasal dari Aceh, Palembang, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Bali. Dari 115 ribu perajin, Suyanto memperkirakan aksi mogok ini akan dilakukan 86.250 perajin.
AYU PRIMA SANDI