TEMPO.CO, Bogor - Hari pertama asosiasi produsen tahu-tempe melakukan aksi mogok produksi sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemerintah karena masih mahalnya harga kedelai sebagai bahan baku utama.
Sebanyak 250 produsen tahu-tempe yang tergabung dalam Paguyuban Tempe-Tahu se-Bogor Raya melakukan sweeping di sejumlah pasar tradisional di Kota dan Kabupaten Bogor.
Alhasil, Paguyuban menyita sebanyak 95 bak tahu dan 100 bungkus tempe dari sejumlah pedagang tahu-tempe di dua pasar: Leuwiliang dan Jasinga. "Sementara dalam kegiatan sweeping di pasar Kota Bogor, hanya beberapa bungkus tahu dan tempe yang kami sita," kata Ketua Paguyuban Perajin Tahu-Tempe Bogor, Rohmat Hidayat, Senin, 9 September 2013.
Ia mengatakan, dalam kegiatan tersebut, tidak ada satu pun pedagang tempe-tahu yang menolak dagangannya dibawa. Pasalnya, mereka sudah mengetahui risiko, juga sebagai aksi solidaritas dan bentuk penolakan terhadap mahalnya harga kacang kedelai. "Pedagang yang kita sweeping rata-rata lupa jika hari ini dimulainya mogok produksi dan jualan tempe-tahu di pasar," kata dia.
Sementara itu, Hana, 43 tahun, salah seorang pemilik warung nasi di Kelurahan Cilendek, Kecamatan Bogor Barat, mengaku kesulitan mencari tahu dan tempe yang menjadi menu utama warung nasinya. "Semua pedagang tahu dan tempe langganan saya sudah tidak jualan, padahal menu yang banyak ditanya dan dikonsumsi oleh pembeli, ya, tahu-tempe karena murah dan terjangkau," kata dia.
Menurut dia, penjual tahu-tempe langganannya di Pasar Bogor dan Pasar Anyar sudah tidak berjualan. Namun dirinya masih beruntung karena salah seorang penjual tahu-tempe langganannya di Pasar Anyar masih berjualan. Itu pun harus sembunyi-sembunyi karena takut dirazia. "Untung saya langganan jadi masih bisa membeli tempe. Kalo ke pembeli lain mereka tidak melayani karena takut orang yang mau razia dan berpura-pura menjadi pembeli," ujar Hana.
"Jadi saya mau beli tempe aja seperti transaksi narkoba, harus umpet-umpetan, itu pun kita tidak dapat membeli banyak karena persediaannya terbatas dan harus dibagi ke pelanggan lainnya yang akan membeli tempe," dia menambahkan.
Aksi sweeping yang dilakukan Paguyuban juga berimabs pada pedagang gorengan. Untuk bisa menjual tahu-tempe goreng, sejumlah pedagang mengaku membeli sebelum aksi mogok dilakukan. "Karena tahu mau mogok jualan, akhirnya saya memborong tahu-tempe sebanyak-banyaknya untuk dijual esok hari," ujar Rohadi, penjual gorengan di kawasan Mila Kancana.
Sementara itu, Sekretaris Primer Koperasi Produsen Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kota Bogor, H. Yayang Taryono, mengatakan tanggal 9 Sepetember ini merupakan hari pertama produsen tahu dan tempe melakukan boikot untuk tidak produksi. "Sebelumnya kami dari koperasi yang tidak menjual kacang kedelai, sekarang giliran pedagang dan pengrajin yang tidak memproduksi hingga empat hari ke depan," kata dia.
Ia mengatakan pada dasarnya pedagang sendiri mengerti konsekuensi mogok tiga hari ini. Aksi juga dilakukan dengan mengedepankan rasa solidaritas dan menghindari tindak anarkistis. "Yang tetap berjualan atau berdagang pasti ada, akan kami ajak bicara baik-baik. Ini, kan, aksi solidaritas se-Indonesia," katanya.
Menurut dia, Primkopti saat ini sudah mulai kembali menjual kacang kedelai untuk anggotanya. Akan tetapi, harganya masih tinggi dan stoknya pun terbatas. "Kami hanya mendapat stok 5 ton saja, padahal sudah ada 20 kelompok yang memesan kacang kedelai," kata dia.
Jadi, agar semua anggota kebagian jatah kacang, maka pihaknya akan membagi rata stok kacang kedelai itu untuk produsen. "Biasanya dalam satu minggu setiap kelompok mendapat jatah 5 ton, tapi saat ini hanya 2 kuintal setiap minggu," kata dia.
M SIDIK PERMANA