TEMPO.CO, Jakarta -Kinerja industri alat berat diprediksi akan bergerak stagnan atau bahkan bisa terkoreksi tahun depan, seiring suramnya pasar akibat melemahnya harga komoditas sejak 2011. “Tahun depan akan flat, kalau ada koreksi penurunan sedikit antara 3 - 5 persen dari akhir tahun ini," ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Alat Berat Indonesia, Ivan S.Tulong saat ditemui dalam acara 'Economic Outlook 2014' di Graha Niaga, Jakarta, Selasa 3 September 2013.
Tahun ini, penjualaan alat berat diprediksi menjadi 13.700 unit atau turun 29 persen dibandingkan 2012. Hingga Juni 2013, jumlah penjualan alat berat turun drastis menjadi 7.972 unit dari 12.477 unit di periode yang sama tahun sebelumnya.
Ivan menjelaskan, tren tersebut akan berlanjut hingga tahun depan. Penurunan terbesar akan dirasakan oleh pasar alat berat di sektor pertambangan terutama di batu bara. Namun, terdapat perubahan jenis alat berat yang paling banyak terjual dari alat berat pertambangan beralih ke konstruksi. “Karena fokus pemerintah di program pembangunan infrastruktur (MP3EI),"ujarnya.
Dari data Juni 2013, penjualan alat berat pertambangan menyumbang 33 persen dari total 7.972 unit alat berat yang terjual. Di periode yang sama tahun lalu penjualan alat berat di pertambangan sebesar 48 persen dari total 12.477 unit.
Untuk diketahui, pemerintah telah menetapkan target produksi batubara di 2014 sebanyak 369 juta ton, lebih rendah 5 persen dibandingkan produksi 2013 sebanyak 391 juta ton. Rendahnya harga jual batu bara membuat produsen batubara mengurangi intensitas penambangan. “Walau terjadi kenaikan konsumsi tapi tidak cukup besar mengangkat kinerja industri alat berat," kata Ivan.
Untuk sektor konstruksi di tahun depan diperkirakan akan tumbuh sering fokus pemerintah di pembangunan infrastuktur. Penjualan alat berat konstruksi tercatat meningkat sepanjang paruh pertama 2013 menyumbang sebanyak 35 persen dari total 7.972 unit. “Dari tahun sebelumnya 22 persen dari total 12.477 unit,” katanya.
Sementara sektor alat berat di sektor perkebunan diprediksi tumbuh positif meski harga minyak sawit mentah masih berflulktuasi. Tahun depan penjualan alat berat sektor ini dibidik di angka 3 ribu unit, hanya bertambah 100 unit dari perkiraan penjualan tahun ini. Stagnasi juga dilihat akan membayangi penjualan alat berat di sektor kehutanan pada tahun depan dengan angka 1.700 unit, hanya naik 100 unit dari perkiraan penjualan 1.600 unit di tahun ini.
RIRIN AGUSTIA