TEMPO.CO, Jakarta- Badan Pusat Statistik melaporkan laju inflasi pada Agustus 2013 sebesar 1,12 persen. Sumbangan inflasi tertinggi masih pada bahan makanan dengan andil sebesar 0,45 persen. "Bahan makanan masih penyumbang utama pada Agustus ini," kata Kepala BPS, Suryamin, dalam konfrensi persnya di Jakarta, Senin, 2 Agustus 2013.
Suryamin mengatakan, selain bahan makanan, inflasi juga disumbang oleh sektor perumahan, air, listrik, dan gas sebesar 0,16 persen. Selain itu, sektor transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan juga memberikan andil cukup tinggi, yaitu 0,16 persen.
"Inflasi juga disebabkan oleh adanya kenaikan tarif listrik. Selain itu, pada Agustus masih ada tarif angkutan transportasi yang naik," kata Suryamin.
Masih cukup tingginya inflasi pada Agustus, menurut dia, juga disebabkan masih terasanya dampak bulan puasa dan arus mudik. "1-8 Agustus masih puasa. Sedangkan dari tanggal 9 Agustus ada arus balik. Kami menduga setengah bulan masih ada pengaruh puasa dan lebaran," ujarnya.
Adapun Menteri Keuangan, Muhamad Chatib Basri sebelumnya memperkirakan inflasi Agustus 2013 akan lebih rendah dibandingkan dengan bulan Juli yang menyentuh angka 3,29 persen. “Konsumsi rumah tangga bulan Agustus ini tinggi sekali,” katanya beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan konsumsi rumah tangga menjelang Lebaran mencapai Rp 110 triliun, atau hampir 10 persen dari total Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan 2013 yang mencapai Rp 1.683 triliun. Dengan begitu, Chatib optimistis deflasi akan terjadi sekitar bulan September dan Oktober. Deflasi di kuartal ketiga tahun ini diperkirakan terjadi juga karena suplai bahan makanan impor yang mulai masuk Indonesia.
ANGGA SUKMA WIJAYA
Topik Terhangat
Polwan Jelita | Lurah Lenteng | Rupiah Loyo | Konvensi Demokrat | Suap SKK Migas
Berita Terkait
Anton dan Mirza Calon Deputi Gubernur Senior
Neraca Pembayaran Indonesia Defisit US$ 2,5 miliar
Hendar Resmi Jadi Deputi Gubernur BI