TEMPO.CO, Jakarta-Bank Indonesia menegaskan tak akan mengeluarkan kebijakan untuk mengerem impor, termasuk membatasi kredit impor . "Kami tak membatasi apapun, tapi (hanya) stabilisasi. Kami tak mau ada ketidakstabilan karena kaitannya dengan current account," kata Juru Bicara Bank Indonesia, Difi Johansyah di Gedung BI, Kamis, 22 Agustus 2013.
Transaksi berjalan (ekspor - impor) Indonesia tercatat defisit sejak kuartal IV 2011. Defisit ini menunjukkan pasokan dolar dari ekspor lebih sedikit dari kebutuhan dolar untuk impor. Defisit terjadi lantaran kinerja ekspor melambat seiring dengan melambatnya ekonomi dunia, sedangkan impor tumbuh tinggi seiring dengan meningkatnya tingginya konsumsi domestik dan meningkatnya investasi di dalam negeri.
Tahun ini, defisit transaksi berjalan tercatat naik dari US$ 5,8 miliar atau 2,6 persen dari PDB pada kuartal I 2013 menjadi US$ 9,8 miliar atau 4,4 persen dari PDB pada kuartal II 2013.
Mengacu pada data Statistik Perbankan Indonesia, kredit bank yang mengucur untuk impor naik 55 persen dari Rp 36,885 triliun pada Juni 2012 menjadi Rp 57,191 triliun pada Juni 2013. Meski begitu, rasio kredit macet (Non Performing Loan/NPL) turun dari 2,15 persen menjadi 1,19 persen. Adapun kredit ekspor terpantau naik tipis 2,27 persen dari Rp 49,704 triliun menjadi Rp 50,831 triliun. Sementara itu, rasio NPL turun dari 3,84 persen menjadi 2,73 persen.
Pada 15 Agustus 2013, BI merilis bahwa Dewan Gubernur akan melakukan langkah-langkah pengawasan bank (supervisory actions) untuk mengendalikan pertumbuhan kredit yang dinilai masih relatif tinggi pada sejumlah bank dan sektor tertentu, termasuk yang mempunyai kandungan impor tinggi.
Berita Terpopuler
Lulung: Saya The Godfather
Punya Mertua Kaya, Jenderal Moeldoko: Alhamdulilah
Ini Daftar Lengkap Kekayaan Jenderal Moeldoko
Guruh Soekarno Kecewa Ario Bayu Perankan Soekarno