TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit neraca perdagangan sebesar US$ 846,6 juta pada Juni 2013. "Dengan demikian, secara kumulatif dari Januari hingga Juni, neraca perdagangan kita defisit US$ 3,31 miliar," kata Kepala BPS Suryamin dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis 1 Agustus 2013.
Suryamin menyatakan, kinerja ekspor Indonesia pada bulan Juni lalu sebesar US$ 14,74 miliar, sementara impornya mencapai US$ 15,59 miliar. Secara kumulatif, ekspor Indonesia pada semester pertama 2013 mencapai US$ 91,05 miliar atau turun 6,09 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Di sisi lain, impor mencapai US$ 94,36 miliar.
Meski tak menyebut secara detail, Suryamin menyatakan bahwa ekspor Indonesia masih mengalami peningkatan jika dilihat dari volume, namun penurunan nilai terjadi akibat merosotnya harga berbagai komoditas ekspor unggulan. "Dari 24 komoditi yang kita amati, 14 diantaranya turun. Misalnya ada coal, rubber, copper, nikel, silver, dan alumunium," ujarnya.
Pada paruh pertama tahun ini, tiga negara tujuan ekspor utama Indonesia adalah Cina dengan nilai ekspor US$ 10,09 miliar, Jepang (US$ 8,15 miliar), dan Amerika Serikat (US$ 7,54 miliar). "Tiga negara itu secara total menyerap 34,49 persen komoditas ekspor kita," ujar Suryamin.
Jika dilihat dari kawasan, ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN mencapai US$ 15,5 miliar atau 20,74 persen dari total ekspor periode tersebut. Sementara, ekspor kita ke Uni Eropa mencapai US$ 8,31 miliar atau 11,11 persen dari total ekspor.
PINGIT ARIA
Berita lainnya:
Dahlan Iskan Copot Dirut Merpati Rudy Setyopurnomo
Tak Hanya Dirut, Semua Direksi Merpati Dipecat
DBS Akhirnya Batal Akuisisi Danamon
Sukatmo Mundur dari Jabatan Direktur PT Pos
Buku Impor Bakal Bebas Pajak