TEMPO.CO, Jakarta -- Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Kementerian Pertanian, Sujarwanto, mengatakan 1.478 ekor sapi impor asal Darwin, Australia, akan tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa sore ini, 30 Juli 2013.
“Selasa sore tiba, mulai dikirim ke rumah pemotongan hewan sehari setelahnya,” katanya kepada Tempo, Senin, 29 Juli 2013. Sapi itu dikarantina di negara asalnya. Empat petugas karantina Kementerian Pertanian telah dikirim ke Negeri Kanguru itu. "Satu petugas ikut di dalam kapal angkut," ujarnya.
Sapi potong jenis Brahman cross itu diimpor oleh PT Bina Mentari Tunggal (BMT). Perusahaan ini mendapatkan kuota paling besar dan paling awal ketimbang belasan perusahaan lain. Pemerintah resmi membuka keran impor sapi potong sejak Kamis lalu, 18 Juli. Sebelumnya, pemerintah hanya mengizinkan impor sapi bakalan untuk penggemukan dan sapi bibit untuk pengembangbiakan dan pemuliaan.
Kebijakan impor sapi potong merespons perintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang berang lantaran harga daging masih tinggi, yaitu Rp 95 ribu per kilogram. Tingginya harga daging sapi terjadi sejak kuartal terakhir tahun lalu.
Kebijakan impor sapi potong juga mengakhiri kewenangan Menteri Pertanian Suswono dalam menerbitkan kuota dan menentukan penerima kuota. Kewenangan itu beralih ke Menteri Perdagangan Gita Irawan Wirjawan. “Siapa yang mendapatkan kuota, saya yang memutuskan,” kata seorang peserta rapat stabilisasi harga daging menirukan Gita di kantor Kementerian Perdagangan, Kamis lalu, 18 Juli.
Pemilik Bina Mentari Tunggal, Juan Permata Adoe, membenarkan ribuan sapi impor yang berlabuh di Tanjung Priok adalah miliknya. “Saya masih persiapan bongkar kapal,” katanya. Jumlah itu masih sedikit ketimbang kuota yang didapatkan Juan sebanyak 6.500 ekor. Selain BMT, ada lima perusahaan peternakan yang akan mendatangkan hewan ruminansia itu.
Mantan Kepala Pusat Karantina Hewan Kementerian Pertanian, Kisman A. Rasyid, mengatakan sapi impor itu diduga kuat mengandung hormon penggemukan yang membahayakan kesehatan manusia. Hormon penggemukan yang menempel di daging dan hati sapi ini berpotensi menyebabkan kanker. “Menyebabkan pubertas dini pada gadis dan membesarnya payudara laki-laki,” katanya kepada Tempo.
Ia meyakini sapi potong itu belum steril terhadap hormon bernama trenbolon asetat itu. “Tahun 2010, semua daging impor dari Australia mengandung trenbolon,” ujarnya
AKBAR TRI KURNIAWAN
Berita Terpopuler:
Jokowi Blusukan: `Pemerintah Kebobolan`
Dipaksa Minta Maaf, Ahok Telpon Haji Lulung
Profil Lulung Lunggana, Bisnis Keras di Tanah Abang
Staf SBY: Blusukan Itu untuk Pengangguran
Tak Tepat, Gugat Ahok dengan UU ITE