TEMPO.CO, Jakarta - Lamanya waktu bongkar muat barang di pelabuhan (dwelling time) dan kemacetan di sekitar pelabuhan Tanjung Priok tampaknya membuat pemerintah ketar-ketir. Pasalnya, saat ini impor daging dan sapi hidup sedang digenjot untuk menstabilkan harga.
Kemacetan di Tanjung Priok membuat khawatir daging dan sapi potong terhambat pembongkarannya saat tiba di Tanah Air.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menyatakan bahwa saat ini sedang berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk memindahkan kedatangan hewan dan produk ternak ke pelabuhan yang belum terlalu berat beban industrinya. "Pelabuhan Lampung atau Banten jadi alternatif yang bisa dipertimbangkan,' kata Bayu di kantornya, Jumat 26 Juli 2013.
Hanya saja, masalahnya adalah Badan Karantina belum memiliki fasilitas yang memadai di kedua pelabuhan teraebut. Di Lampung, menurutnya, saat ini baru cukup memadai untuk melakukan karantina sapi bakalan. "Ini kita ingin kembangkan," ujarnya.
Bayu menyatakan bahwa pemerintah sempat membidik Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Jawa Timur (Jatim) sebagai basis tempat alternatif pendaratan daging dan sapi potong. Namun kondisi Pelabuhan Tanjung Perak saat ini hampir sama dengan Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta.
Kemacetan di Tanjung Priok sendiri diprediksi masih akan terjadi hingga 2016 saat proyek-proyek yang kini berlangsung diprediksi rampung. Sementara impor daging dan sapi sedang digenjot untuk menstabilkan harga.
PINGIT ARIA