TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Himpunan Pengusaha Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) Ade Zulkarnaen mengeluhkan ketidakseriusan pemerintah dalam penanganan flu burung. Ketidakseriusan ini dikhawatirkan berakibat meluasnya kasus flu burung di Indonesia setelah tahun ini ditemukan kasus flu burung di Rancaekek, Jawa Barat.
Ade mencontohkan penyediaan vaksin yang lambat dan tak sesuai kebutuhan sebagai bukti penanganan setengah hati. "Janji produksi vaksin ternyata meleset. Seharusnya sudah selesai Maret, ini jadinya Juni dan cuma 3 juta vaksin. Sampai saat ini juga belum ada anggota Himpuli yang mendapat vaksin ini," kata Ade ketika dihubungi Tempo, Rabu, 24 Juli 2013.
Jumlah 3 juta vaksin ini tak sampai 1 persen dari total kebutuhan vaksin flu burung di Indonesia. Ade memperkirakan ada 50 juta ekor itik dan 300 juta ekor ayam di Indonesia, sehingga jumlah vaksin yang harus disediakan kurang lebih setara jumlah ternak unggas ini.
Selain itu, kata Ade, dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada 22 Juli 2013, peternak diminta melakukan vaksinasi swadaya. Padahal penyediaan vaksin seharusnya adalah tanggung jawab pemerintah.
"Kalau dihitung, biaya vaksin Rp 400-500 per ekor, tidak signifikan biayanya kalau vaksinnya ada. Kedua yang terpenting ini kan kewajiban negara dalam menyediakan vaksin gratis ke peternak, kok tiba-tiba diminta swadaya?" kata Ade.
Ade meminta agar pemerintah lebih serius dalam menangani kasus flu burung. Apalagi, daging unggas memasok 67 persen kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia. "Pemerintah lebih peduli sama masalah sapi, padahal kontribusi daging unggas 67 persen, sementara sapi 17 persen. Kalau ini merebak, terjadi kasus lebih besar, maka pasokan daging semakin hancur. Pemenuhan kebutuhan masyarakat akan daging murah akan terganggu," katanya.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro mengakui anomali hujan yang berkepanjangan menyebabkan flu burung kembali merebak. Syukur mengaku telah memberi instruksi ke daerah-daerah untuk menanggulangi flu burung.
"Saya sudah memberikan instruksi resmi ke balai veteriner dan dinas-dinas untuk antisipasi perubahan iklim. Untuk itik, vaksin sudah mampu kita hasilkan sendiri. Sudah saya instruksikan ke dinas di kabupaten dan provinsi untuk segera melakukan itu (distribusi)," kata Syukur.
BERNADETTE CHRISTINA