TEMPO.CO, Jakarta-- Nilai tukar rupiah masih belum beranjak dari level 9.900 per dolar AS. Mengacu pada Reuters, nilai tukar rupiah bahkan dibuka pada level 10.030 per dolar AS dan ditutup Rp 10.020 per dolar AS pada perdagangan kemarin. Hari ini rupiah mulai diperdagangkan di level Rp 9.930 per dolar AS.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo meyakini kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akhir pekan lalu akan mendorong apresiasi terhadap nilai tukar rupiah pada kuartal III dan IV 2013. Penguatan nilai tukar rupiah seiring dengan prediksi menurunnya kebutuhan dolar untuk impor migas.
Adapun perlemahan rupiah yang didorong penarikan modal asing mulai akhir Mei lalu diklaim Perry berangsur stop. Apalagi sudah ada kepastian dari Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/Fed) tentang kelanjutan kebijakan Quantitative Easing (QE) III. The Fed menyatakan akan menghentikan secara bertahap pemberian stimulus ke pasar melalui pembelian obligasi mulai tahun ini.
"Isu tapering off sudah terjadi sejak 3-4 minggu lalu, dampaknya sudah terjadi. Investor asing sudah menarik dananya dari kawasan termasuk Indonesia. Sekarang (total modal keluar) sekitar Rp 38 triliun. Kami meyakini masalah reversal tak akan terjadi. dalam beberapa hari terakhir asing sudah membeli SBN," kata Perry.
Ia menjelaskan, imbal hasil (yield) tinggi dari obligasi pemerintah akan menarik masuk investor asing untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Yield SBN bertenor 10 tahun dijelaskan Perry berkisar 7 persenan.
"Dengan kurs saat ini dan yield SBN tinggi, kami meyakini akan mendorong masuk modal asing. Dengan yield tinggi kapan lagi dapat bond murah? Pemodal asing juga bisa mendapatkan currency gain karena rupiah akan terapresiasi. Ini saat yang tepat bagi investor membeli SBN," katanya.
MARTHA THERTINA