TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Saranasentral Bajatama, Handaja Susanto mengatakan, pengurangan subsidi harga bahan bakar minyak (BBM) akan mendorong kenaikan biaya produksi. Karena itu, perusahannya akan melakukan efiseinsi dengan meningkatan kapasitas produksi.
"Dengan meningkatkan produksi, otomatis ongkos produksi per kilo akan menurun. Kita juga akan meningkatkan efisiensi produk prima," kata Handaja ketika ditemui usai paparan publik di kantor Bursa Efek Indonesia, Senin 24 Juni 2013.
Namun sejauh ini, menurut dia, perseroan belum mengkaji seberapa besar dampak kenaikan harga-harga terhadap kinerja industri baja. Perseroan juga belum mempertimbangkan kenaikan harga jual produk baja. "Selama demand masih tinggi, kenaikan biaya itu masih bisa diatasi," katanya.
Selain itu, BAJA juga sedang mempertimbangkan untuk membeli bahan baku dari impor lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya. Pasalnya, harga pasokan baja dalam negeri, yakni dari Krakatau Steel lebih mahal.
Saat ini, bahan baku dari Krakatau Steel mencapai 50 persen dan separuhnya lagi diimpor. Adapun perbedaan harga baja, kata Handaja, bisa mencapai 5 persen. "Ini salah satu cara kita, kalau naik harganya, akan tekan cost dengan produk impor seperti dari Korea, Taiwan , dan Malaysia," ujarnya.
Tahun ini, perseroan membidik kenaikan pendapatan sebanyak 30 persen menjadi Rp 1,32 triliun. Tahun lalu, BAJA membukukan laba Rp 1,07 triliun. Adapun penjualan baja lapis seng atau galvanis diperkirakan mencapai 61,5 ribu ton dengan nilai Rp 597 miliar. Sementara untuk produk baja lapis aluminium seng (saranalume), BAJA memprediksi sebanyak 55 ribu ton, meningkat 30 persen dari tahun lalu dengan nilai penjualan Rp 578 miliar.
RIRIN AGUSTIA
Topik terhangat:
Ridwan Kamil | Razia Bobotoh Persib | Puncak HUT Jakarta | Penyaluran BLSM
Berita lainnya:
Hitung Cepat, Ridwan Kamil Jadi Wali Kota Bandung
Menang Pilkada Bandung, PKS: Masih Dipercaya Warga
Ini Sikap Persib Soal Penyerangan Bus Mereka
Farhat Abbas Kicau Foto Cium Bastian Coboy Junior