TEMPO.CO, LONDON – Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyatakan bahwa ‘Abenomics’ menawarkan scenario win win bagi ekonomi global dan ekonomi domestik Jepang. “Bagi perekonomian Jepang, rancangan ekonomi ini akan membawa pertumbuhan ekonomi serta perbaikan kondisi fiskal,” kata Shinzo pada pidato yang diadakan di Guidhal, London pada 19 Juni 2013.
Dalam pidato selama kurang lebih 30 menit dihadapan 500-an undangan termasuk Tempo, Shinzo menyampaikan janji-janjinya atas berbagai kebijakan ekonomi yang akan diterapkannya selama menjabat Perdana Menteri. Menurut Shinzo perbaikan kondisi fiskal Jepang dilakukan dengan mengurangi rasio antara defisit dengan produk domestik bruto(PDB) hingga setengahnya dari besaran defisit pada tahun 2015 mendatang dibandingkan dengan tahun 2010.
“Di tahun 2020, kondisi surplus fiskal akan tercapai,” katanya pada acara yang juga dihadiri hadir pelaku bisnis, anggota parlemen Inggris, para diplomat, akademisi dan mahasiwa pasca sarjana.
Di tengah-tengah kesibukannya mengikuti pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi para pimpian negara-negara maju yang bergabung dalam kelompok G8 di kota Lough Erne, Irlandia Utara, Perdana Menteri Shinzo Abe masih bisa menyempatkan diri memberikan pidato mengenai kebijakan ekonominya di Guidhall, London. . Acara yang dimulai pada pukul 18:30 terlebih dahulu dibuka oleh pidato penyambutan dari Lord Mayor of London Alderman Roger Gifford. Acara ini diselenggarakan atas kerjasama dari City of London Corp serta think-thank terkemuka Inggris, Chatham House dan didukung oleh Kantor Duta Besar Jepang di Inggris, Japan Society, Kamar Dagang dan Industri Jepang di Inggris dan Nippon Club
Menurut ia, saat ini perekonomian menuju arah yang baik dimana pertumbuhan ekonomi selama satu tahun di kuartal pertama tahun 2013 telah mencapai 4,1 persen. Bandingkan pada kuartal pertama tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Jepang minus 3,6 persen, sehingga perubahan secara total mencapai 7,7 persen menuju arah yang positif.
Seperti yang disampaikan oleh Shinzo dalam pidatonya masalah yang dihadapi saat ini oleh Jepang adalah masalah struktural . Pertama adalah untuk melepaskan diri dari deflasi. Kedua adalah dengan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan terakhir adalah dengan mempertahankan disiplin fiskal. “Untuk itu, pertumbuhan ekonomi harus diwujudkan agar diwujudkan agar ketiga masalah struktural itu bisa diatasi secara bersama-sama,” ucapnya.
Shinzo juga membeberkan rencananya yang ambisius untuk Jepang. Ambisi dari Shinzo adalah untuk membuat Jepang “lahir kembali” dengan membuka Jepang terhadap dunia luar, sehingga mentransformasikannya menjadi masyarakat yang berani menghadapi tantangan dan mengambil resiko, serta membuatnya menjadi tempat dimana inovasi berkembang terutama digerakkan oleh para pemuda, wanita dan orang luar yang menetap di Jepang.
“Sebagai contoh,saya telah meliberalisasi industri listrik dengan memisahkan antara generator dan transmisi tenaga listrik, sehingga telah menghentikan praktik oligopoly yang telah berlangsung selama 50 tahun”, ujar Shinzo.
VISHNU JUWONO (LONDON)
Dipicu Stimulus Jepang, Indeks Naik 20 Poin
Sentimen Positif Dominan, Bursa Jakarta Menguat
Jepang Umumkan Stimulus, Bursa Asia Menguat
Krisis Eropa Kembali Risaukan Investor
iPhone 5 Cetak Rekor, Saham Apple Melesat