TEMPO.CO, Nusa Dua - Direktur Usaha dan Investasi Kementerian Kelautan dan Perikanan, I Made W Arthajaya, mengakui ekspor rumput laut kering Indonesia sempat terganjal beberapa kendala. Misalnya, permintaan Cina agar ekspor rumput laut dilengkapi dengan Health Certificate (HC). Sementara, Chile juga sempat minta Certificate of Legal Origin (CoLO) dan minta tambahan phytosanitary atas ekspor rumput laut Indonesia. Tapi, semua sertifikasi itu, menurut Made, sudah dipenuhi. Dia menjamin ekspor rumput laut sudah aman dan memenuhi syarat.
"Kita bekerja sama dengan Kementerian Pertanian untuk phytosanitary. Seluruh persyaratan untuk ekspor rumput laut, kita sudah penuhi. Peraturan Menteri (Permen) untuk CoLO juga sdh dibuat dan diaplikasikan di beberapa daerah," ujar Made.
Tapi, pemerintah sedang berusaha untuk mengurangi pasokan ekspor rumput laut saat ini. "Selama ini, 80 persen bahan baku diekspor ke luar negeri," kata Made. Dia berharap angka itu turun menjadi 60 persen saja.
Pemerintah mengurangi pasokan ekspor agar selisih (delta) dari pengurangan bahan baku itu dapat diolah di dalam negeri. "Kami harap ekspor bahan baku bisa diturunkan dari 80 persen menjadi 60 persen sehingga ada delta tambahan 10 persen. Jadi kita bisa tahan 20 persen untuk diolah di dalam negeri," ujarnya. Pasalnya, Indonesia masih impor produk olahan rumput laut mencapai 1.400 ton per tahun. Untuk impor agar-agar saja, angkanya hampir mencapai 960 ton per tahun.
Menurut Made, pengusaha lokal sudah memiliki kemampuan dalam mengolah bahan baku rumput laut. "Dulu, hanya satu saja pengusaha kita yang mampu mengolah rumput laut menjadi refined karagenan. Tapi, sekarang sudah ada enam pabrik manfakturing yang mengolahnya menjadi refined karagenen. Bahkan, di daerah Pandaan, Jawa Timur, ada pabrik yang sudah mampu mengubah bahan baku menjadi refined karagenen yang sudah siap diolah menjadi susu dan agar-agar," katanya.
Baca Juga:
Saat ini, para pengusaha lokal kesulitan mencari bahan baku karena semakin banyak pabrikasi di dalam negeri. Made berpendapat, harus ada perbaikan di hulu industri ini. "Tinggal di sisi hulu yang harus kita genjot," katanya. Dia juga berharap agar perusahaan-perusahaan besar bisa melakukan hilirisasi industri rumput laut.
ARIEF HARI WIBOWO
Terhangat:EDSUS HUT Jakarta | Kenaikan Harga BBM | Rusuh KJRI Jeddah
Baca juga:
Mereka Tertolong dengan KJS ala Jokowi-Ahok
Habis 'PRJ Monas', Tercecerlah Sampah
Ahok Akuisisi PPD untuk Hilangkan Sistem Setoran
BBM Naik, Polisi Bersenjata Lengkap Jaga SPBU
Ini Keluhan Warga Atas Layanan KJS ala Jokowi