TEMPO.CO, Jakarta - Pameran Inacraft yang berlangsung di Jakarta Convention Center, Jakarta, pada 24-28 April 2013 lalu membukukan omset Rp 215 miliar, atau naik 7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan, Gusmardi Bustami.
"Ini adalah bukti bahwa industri kerajinan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan karena telah berkontribusi besar terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi nasional dan penyerapan tenaga kerja," ujarnya di Jakarta, Selasa, 7 Mei 2013.
Menurut Gusmardi, direktorat yang dipimpinnya juga turut berpartisipasi dalam pameran yang dibuka Wakil Presiden Boediono tersebut. Sebanyak 22 perusahaan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang berasal dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Selatan digandeng untuk menampilkan produk keramik, bordir, kerajinan tangan, dekorasi rumah, perhiasan, dan busana muslim dalam paviliun seluas 162 meter persegi.
Namun, Direktur Pengembangan Promosi dan Citra Kementerian Perdagangan, Pradnyawati, menyatakan perajin Indonesia perlu mulai mempertimbangkan penggunaan ecolabeling sesuai dengan tema go green yang semakin sering digaungkan di seluruh dunia. "Dengan demikian, produk kerajinan Indonesia lebih berpotensi baik dari segi desain, kualitas, pengemasan, dan merek yang disesuaikan dengan selera pasar sekaligus ramah lingkungan," ujarnya.
Sebagai gambaran, pada 2012, ekspor produk kerajinan Indonesia mencapai USD 696,09 juta. Nilai ekspor ini meningkat 5,54 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya senilai USD 659,58 juta. Negara tujuan utama ekspor produk kerajinan Indonesia adalah pasar Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Jerman dan Australia.
PINGIT ARIA