TEMPO.CO, Surabaya- PT Pelabuhan Indonesia III (persero) mencatat tinggal menyisakan 37 plugs (colokan) untuk kontainer berpendingin (reefer) di Terminal Petikemas Surabaya. Juru bicara PT Pelindo III, Edi Priyanto, mengatakan kondisi ini sangat riskan karena berpotensi menimbulkan gejolak. Buah impor yang bakal masuk terancam cepat membusuk karena tak mendapat fasilitas kontainer berpendingan.
Edy mengatakan dari 825 plugs yang tersedia, sebanyak 788 plugs dalam posisi terpakai di lapangan penumpukan. Sebanyak 37 plugs tersisa, kata ia, tujuh plugs untuk kontainer ukuran 20 feet dan 30 plugs bagi kontainer 40 feet.
Kondisi ini, tuturnya, merupakan dampak dari menumpuknya produk impor hortikultura seperti bawang dan buah-buahan. Ia menyesalkan buah-buahan impor yang terlanjur membusuk ternyata belum juga dikeluarkan dari TPS. " Seharusnya segera saja dikeluarkan oleh karantina, ini menghambat kinerja perseroan," kata Edi kepada Tempo, Senin 6 Mei 2013.
Sekali kapal kargo impor datang biasanya membawa muatan minimal 100 kontainer. Dengan menyisakan 37 plugs, Edi memastikan TPS tidak mampu lagi melayani komoditas hortikultura yang datang melebihi kapasitas plugs yang tersisa.
Edi juga khawatir importir enggan membayar ongkos pemakaian reefer dan jasa penumpukan begitu mengetahui komoditas impornya rusak dan membusuk. "Potensi kerugiannya belum tahu. Kita juga menekan forwarder untuk melunasi kewajibannya," ucapnya.
Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia wilayah Jawa Timur, Bambang Sukadi, mengakui kondisi ini sangat menyulitkan posisi importir. Komoditasnya tidak keluar, tapi wajib membayar ongkos reefer yang mencapai Rp 1,2 juta per hari untuk ukuran kontainer 40 feet.
Melihat barangnya membusuk, ujarnya, importir pasti memilih pasif dan enggan membayar penuh biaya sewanya. Tanpa adanya revisi Permentan dan Permendag Nomor 60 tahun 2012, kata Bambang, masalah penumpukan dan kasus buah busuk akan terus berulang sepanjang tahun. "Dan yang dirugikan pengusaha sekaligus pengelola penumpukan itu," ucap Bambang.
Karena terkendala regulasi, asosiasi menyarankan kepada 11 importir di bawah GINSI Jatim, untuk tidak mengimpor komoditas buah dalam jumlah banyak. Langkah ini mengantisipasi kerugian yang lebih besar bagi importir Jawa Timur. Ia memastikan, ratusan kontainer buah yang masih menumpuk di TPS, semuanya milik importir asal Jakarta.
DIANANTA P. SUMEDI