TEMPO.CO, Balikpapan -- Kelangkaan solar makin parah di Balikpapan, Kalimantan Timur. Kendati suplai tidak dikurangi kelangkaan semakin menggila. Antrean masyarakat hampir terjadi di sebagian besar Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di kota yang memiliki kilang minyak tersebut.
Pantauan Tempo, antrean terjadi di Karang Anyar, Balikpapan Baru, Damai, Stall Kuda, Sepinggan, ring road dan kilometer 10. Wali Kota Balikpapan Rizal Effendy mengatakan untuk menghindari kericuhan pembelian solar dan jenis BBM lain diatur dengan pembagian waktu. Misalnya, truk-truk besar hanya dilayani pada malam hari. "Sudah kami terbitkan surat keputusannya," katanya di Balikpapan, Kamis, 18 April 2013.
Selain membagi waktu pengisian, volume pembelian juga dibatasi. Kendaraan roda empat hanya dibolehkan membeli maksimal Rp 120 ribu dan truk maksimal Rp 350 ribu. Rizal melibatkan kepolisian daerah menerbitkan aturan tersebut. Tujuannya, "Jika ada upaya penimbunan, polisi bisa menindak," katanya.
Djoko Siswanto, Direktur Bahan Bakar Minyak Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengatakan kelangkaan solar marak terjadi di kawasan industri pertambangan dan perkebunan seperti di Kalimantan. Kelangkaan disebabkan banyak yang menimbun solar bersubsidi dan menjualnya ke industri dengan harga yang dibanderol lebih mahal. "Kalau tidak ditimbun, pasti cukup," katanya.
Bambang Irianto Humas PT Pertamina Unit Pemasaran VI Balikpapan, heran dengan kelangkaan solar di sebagian besar kalimantan. "Suplai masih sama dengan tahun lalu," katanya. Suplai solar di Kalsel mencapai 377.810 liter, di Kaltim 357.080 liter, Kalbar 361.259 liter dan Kalteng 275.854 liter. Jika kelangkaan solar di Kalimantan sudah berlangsung lama, kelangkaan di Jawa Timur dan Jawa Tengah mulai dirasakan sejak dua bulan terakhir.
SG WIBISONO