TEMPO.CO, Jember - Berkurangnya pasokan solar dari Pertamina dalam dua pekan terakhir membuat pusing para pelaku usaha di Kabupaten Jember Jawa Timur. Meski sudah berhari-hari antre di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), solar yang dicari belum tentu diperoleh.
"Kami harus beradu cepat dengan truk, bus dan mobil. Banyak pesanan terpaksa tidak tergarap," kata Sukmono, pemilik mesin bajak sawah di Kecamatan Ambulu, Minggu, 14 April 2013.
Sukmono sangat membutuhkan solar. Sebab untuk musim tanam kedua tahun ini, dia bisa menghabiskan solar sekitar 15 hingga 20 liter untuk menjalankan dua mesin traktor (mesin pembajak sawah), menggarap sawah miliknya.
Keluhan serupa juga diungkapkan pengelola mesin penggilingan padi (selep), jagung, daging dan bumbu. Sebab, mesin-mesin itu menggunakan solar sebagai bahan bakar.
Jaelani, 45 tahun, misalnya, Pemilik selep di Desa Cumedak, Kecamatan Sumberjambe, mengungkapkan bahwa saat ini dirinya hanya mendapat jatah 10 liter solar per hari. Padahal kebutuhannya minimal 20 liter solar per hari. "Biasanya sehari bisa nyelep tiga ton beras, sekarang hanya satu ton," ujarnya.
Para pengelola mesin bajak dan bermacam mesin giling (selep) tidak bisa lagi setiap hari menjalankan aktivitasnya. Sulitnya mendapatkan solar di SPBU menjadi penyebab utama. "Kalaupun ada yang jual eceran, harganya Rp 6 ribu sampai Rp 7 ribu per liter," ucap Fauzan, pengelola mesin giling daging dan bumbu di Pasar Wirolegi, Kecamatan Sumbersari.
Sejak dua pekan terakhir, para sopir truk, bus, angkutan travel, dan nelayan di Jember juga dibikin pusing karena langkanya solar. Setiap kali pasokan solar datang ke SPBU, ratusan orang langsung menyerbu. Selain sopir truk, bus, mobil pribadi dan mobil travel, SPBU juga dipenuhi para petani dan nelayan yang antre membawa jerigen.
Wiyanto, seorang petugas SPBU Gebang mengatakan, 8 ribu liter solar yang didapatnya ludes hanya dalam waktu empat hingga enam jam. Kondisi seperti ini sudah berlangsung selama dua pekan terakhir.
Dua tagki solar di SPBU itu biasanya mendapat pasokan 24 ribu liter dari depo Pertamina Tanjungwangi, Banyuwangi. Namun sejak dua pekan terakhir hanya mendapat 16 ribu liter. "Kami terpaksa membatasi pembelian solar. Maksimal Rp 100 ribu untuk konsumen biasa. Untuk pelanggan yang terikat kontrak, sepertu turk dan bus, mendapat jatah pembelian Rp 150 ribu," kata Wiyanto.
Sebelumnya, Sindhu Prio Windoko, Sales Representatif Pertamina Depo Banyuwangi mengakui bahwa memang ada kebijakan pengurangan pasokan solar.
Menurut Sindhu, kuota solar tahun ini dari Depo Tanjungwangi yang melayani 93 SPBU di Banyuwangi, Jember, Situbondo dan Bondowoso, memang dikurangi. "Agar adil, kami bagi rata solar kepada seluruh SPBU. Sebab, kuota sudah dijatah sesuai permintaan pemerintah,” tuturnya. Kebijakan tersebut akan berlaku hingga akhir 2013.
MAHBUB DJUNAIDY