TEMPO.CO, Jakarta -Pelaku usaha pertambangan masih mengharapkan kelonggaran dalam penerapan hilirisasi mineral di Indonesia. Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg Moriarty mengatakan beberapa perusahaan Australia yang berinvestasi di sektor pertambangan khawatir tak dapat memenuhi target pengolahan dan pemurnian di dalam negeri mulai Januari 2014.
"Kami memahami keinginan pemerintah Indonesia agar ada nilai tambah di dalam negeri. Kewajiban pengolahan dan pemurnian di dalam negeri pada 2014 ini menjadi tantangan," kata Greg dalam konferensi pers Pameran dan Konferensi Pertambangan Ozmine 2013 di Jakarta, Kamis, 11 April 2013.
Greg mengatakan kompetensi dan teknologi yang dimiliki pengusaha asal Australia terutama pada bidang pertambangan. Sementara untuk pengolahan dan pemurnian dengan smelter menurutnya sedikit di luar area keahlian perusahaan asal Australia.
"Sangat penting untuk menekankan tidak semua perusahan punya keahlian smelting. Ada perusahaan yang berpikir untuk memenuhi keinginan pemerintah Indonesia. Bagaimana caranya kalau tidak ada keahlian, apakah mungkin dengan kerja sama atau pengaturan tertentu," kata Greg.
Karena itu Greg mengatakan pengusaha Australia mengapresiasi rencana pemerintah untuk memperlonggar aturan ini.
Sebelumnya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik mengatakan akan memberikan toleransi bagi perusahaan yang serius melakukan pengolahan dan pemurnian di Indonesia meskipun realisasi pengolahan dan pemurnian tidak dimulai tepat pada 1 Januari 2014. "Harus realistis memang, dan untuk yang berniat baik sudah mulai tetapi tidak bisa tepat waktu akan ada toleransi," kata Jero Wacik dalam kesempatan terpisah.
Meskipun masih ada sejumlah hambatan seperti perubahan regulasi, Greg menyatakan Australia masih sangat berminat berinvestasi di bidang pertambangan di Indonesia. Salah satu pertimbangannya adalah potensi cadangan sumber daya alam Indonesia yang besar sehingga perusahaan-perusahaan Australia masih mau berinvestasi di Indonesia, bahkan ada yang berencana menambah investasi di Indonesia.
Trade Commisioner Australia Julianne Merriman mengatakan pada tahun ini ada 45 perusahaan tambang dan jasa pertambangan yang ingin terlibat dalam 172 proyek pertambangan di Indonesia. "Jumlah perusahaan yang ingin berinvestasi di sini tetap tinggi. Angka ini bahkan bertambah tahun lalu sebanyak 38 perusahaan," kata Julianne dalam kesempatan yang sama.
Pada periode 2011-2012, investasi dari Australia ke Indonesia mencapai AUD$ 5,4 miliar, tumbuh 12 persen dari periode sebelumnya. Investasi ini terdiri dari investasi di sektor jasa keuangan, peralatan pertambangan dan kontraktor engineering.
BERNADETTE CHRISTINA
Topik terpopuler:
Sprindik KPK | Partai Demokrat | Serangan Penjara Sleman | Harta Djoko Susilo |Nasib Anas
Berita lainnya:
Buat Akun Twitter, SBY Belum Targetkan Followers
Spanduk Pro-Kopassus Bertebaran di Yogyakarta
Aktif di Twitter, Ini Pesan Anggota DPR untuk SBY
Pargono Terus Meneror, Asep Hendro Pasrah