TEMPO.CO, Jakarta - Melemahnya posisi dolar terhadap mata uang regional meredakan tekanan terhadap rupiah.
Pada transaksi pasar uang hari ini, rupiah terapresiasi 27 poin (0,28) persen ke level 9.720 per dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah akhirnya menguat signifikan setelah pekan lalu sempat terperosok hingga 9.750 per dolar AS.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Lana Soelistianingsih, mengatakan penguatan rupiah kali ini dipengaruhi oleh faktor eksternal, yakni pelemahan dolar AS terhadap mata uang rivalnya. "Indeks dolar turun cukup signifikan sehingga dimanfaatkan rupiah untuk keluar dari tekanan."
Dolar melemah setelah pasar merespons positif pidato Gubernur Bank Sentral Amerika The Fed, Ben Bernanke, kemarin malam. Bernanke mengatakan perbankan AS kini sudah lebih kokoh dibanding pada tahun-tahun sebelumnya setelah mengalami ujian ketahanan finansial sejak 2009.
Pasar juga juga berharap FOMC Meeting yang diselenggarakan besok 10 April akan kembali mengeluarkan sinyal positif, terutama dari sektor tenaga kerja. "Optimisme ini mendorong mereka untuk menjual dolarnya dan membeli aset yang berimbal hasil tinggi di pasar berkembang," ujar Lana.
Meskipun demikian, ia memprediksi penguatan rupiah hanya bersifat temporer. Hal itu karena mata uang masih tertekan oleh defisit perdagangan yang menyebabkan permintaan dolar tinggi. Apalagi permintaan ekspor dari Cina dan Eropa belum menunjukkan perbaikan.
Hingga pukul 17.00 WIB, dolar cenderung melemah terhadap mata uang Asia. Dolar Singapura ditransaksikan di 1,2397 per dolar AS, dolar Hong Kong 7,7642 per dolar AS, won 1.139,33 per dolar AS. Kemudian yuan 6,2023 per dolar AS, dan ringgit 3,0365 per dolar AS.
PDAT | M. AZHAR
Berita lainnya:
3 Fakta Kapolda DIY Kontak Pangdam Sebelum Insiden
SBY: SMS Saya ke Anas Tidak Dibalas
Kisah Penjaga Mayat yang Memandikan Nurdin M Top
SBY Sudah Menduga Penyerang Cebongan Kopassus
SBY: Kami Menyayangi Anas Urbaningrum
Agustus, SBY Bakal Ganti Kapolri dan Panglima TNI